Pendekatan serupa kini dihadirkan dalam Kota Masa Depan Kudus.
Chief Executive Officer Grab Indonesia, Neneng Goenadi, mengatakan bahwa Grab dan OVO berkomitmen menjadi mitra pertumbuhan UMKM melalui percepatan inklusi digital dan keuangan.
Ia menilai Kudus memiliki potensi besar, khususnya di sektor industri padat karya dan kuliner lokal.
“Dengan dukungan teknologi, pelatihan, serta koneksi ke ekosistem Grab, kami percaya UMKM Kudus dapat memperluas pasar, meningkatkan daya saing, dan berkontribusi lebih besar bagi perekonomian daerah,” kata Neneng.
Selain pelatihan digital, UMKM peserta program juga mendapatkan pendampingan pengurusan sertifikasi halal, sesi berbagi praktik terbaik, serta akses ke ekosistem pembiayaan digital yang mendukung keberlanjutan usaha.
Wakil Bupati Kudus, Bellinda Putri Sabrina Birton, menyampaikan bahwa digitalisasi menjadi kunci bagi UMKM agar mampu bersaing di tengah tantangan yang semakin kompleks.
“Program Kota Masa Depan sangat membantu upaya pemerintah daerah dalam mendorong UMKM Kudus untuk naik kelas, memperluas pasar, dan menciptakan peluang kerja baru,” ungkapnya.
Sejak diluncurkan, program Kota Masa Depan telah mendorong lebih dari 200 ribu UMKM di kota-kota kecil untuk go digital.
Sementara itu, melalui GrabMart Pasar, lebih dari 5.200 pedagang pasar tradisional telah terdigitalisasi, serta penyaluran pembiayaan lebih dari Rp6 triliun kepada UMKM dan mitra pengemudi sejak 2021.
Dampak digitalisasi di ekosistem Grab juga tercermin dari terciptanya lebih dari 4,6 juta peluang kerja sejak 2018, termasuk lahirnya generasi wirausaha muda, di mana satu dari lima mitra merchant berasal dari Generasi Z.
Salah satu peserta program, Prisca Rani Yusnita Dewi, pemilik usaha Dapoer Mpok Rani, mengaku pendampingan yang diberikan sangat membantu UMKM daerah.
“Program ini membuka wawasan kami untuk memanfaatkan teknologi secara optimal. Usaha kami kini berkembang dan memiliki puluhan mitra franchise,” terangnya.
Hal senada disampaikan Fitriana Sari, pengelola Soto Kudus Bu Djatmi.
Ia menilai digitalisasi melalui Grab membantunya menjaga usaha kuliner turun-temurun tetap relevan.
Sementara itu, Kusriyanto Agus Triyoga, pemilik Martabak Menuria 12, mengatakan program Kota Masa Depan memberinya kepercayaan diri untuk mengembangkan usaha hingga memiliki beberapa outlet di berbagai kota. (Trq)