Menyusuri jalan-jalan di kota tua Lasem,Kabupaten Rembang layaknya berada di kota tua di kawasan Bejing ( China). Puluhan bangunan kuno berarsitektur China _ Hindia Belanda banyak bertebaran di Lasem. Maka tidak heran jika kota Kecamatan ini disebut sebagai " Tiongkok Kecil". Banyak rumah-rumah China disini yang bertuliskan huruf kanji China dan masih utuh meski dimakan zaman.Â
Tulisan kanji yang sama juga terdapat di pintu Pesantren Kauman di Karangturi, Lasem, yang berisi dua pesan yang dalam bahasa Indonesia artinya adalah "Semoga panjang umur setinggi Gunung Himalaya" dan "Semoga luwes rezekinya, sedalam Lautan Hindia". KHÂ Zaim Ahmad Ma'shoem ( Gus Zaim)Â Pembina Pondok Pesantren Kauman mengatakan tulisan kanji tersebut telah ada ketika menempati rumah tersebut dan memilih untuk tidak menghapusnya.
"Lho artinya bagus kok, ya tinggal diamini saja toh," jelas pria yang akrab disapa dengan Gus Zaim.
Gus Zaim mengatakan hampir semua rumah milik keturunan Cina di Lasem terdapat tulisan kanji di bagian pintu atau gerbang, tetapi sebagian besar telah dihapus atau ditutup dengan papan pada masa Orde Baru lalu. Pasca peristiwa September 1965, Orde Baru melarang semua hal yang berkaitan dengan negeri Cina, karena negara tersebut memiliki hubungan erat dengan Partai Komunis Indonesia PKI dan pemerintahan Sukarno.
Toleransi ajaran Islam
Di depan pondok pesantren yang terletak ditengah permukiman keturunan Cina ini, juga tampak beberapa lampion, menurut pimpinan pondok pesantren Kauman/Karangturi,Lasem KH Zaim Achmad Ma`shoem (Gus Zaim)Â itu merupakan bentuk penyesuaian pesantren dengan budaya kampung setempat. Bahkan,disaat lebaran atau di bulan ramadan seperti sekarang ini banyak warga China yang sangat menghormati arti pentingnya bulan puasa.Â
Gema Al Quran dari pondok pesantrennya Gus Zaim bukan dianggap sebagai pengganggu warga China di Desa Karangturi yang mayoritas adalah kawasan Pecinan Lasem. Pada saat umat muslim melakukan tadarus di pondok pesantren maupun di masjid tidak jarang warga Tionghoa ini juga mengirim makanan kepada saudaranya umat muslim. Maka tidak berlebihan jika Kiai Zaim menggandeng para kiai baik Lasem dan sekitarnya termasuk di Kabupaten Rembang untuk menjadikan Lasem sebagai "ikon" toleransi umat beragama di Indonesia.
"Ketika ada masyarakat yang membutuhkan bantuan tenaga para santri akan membantu, begitu sebaliknya, itu namanya persaudaraan," kata Gus Zaim, "Bahkan jika ada yang meninggal saya dan para santri ikut takziah (melayat) dan mendoakan jenazah, tidak ada masalah."