Tidak hanya pemerintah dan akademisi, dunia usaha juga berperan aktif dalam penanganan stunting. Beberapa perusahaan lokal berkomitmen untuk mendukung program-program gizi dengan menyuplai bahan makanan bergizi bagi anak-anak di posyandu. Keterlibatan dunia usaha diharapkan dapat memberikan dampak positif yang lebih luas.
Media juga memainkan peran penting dalam kampanye penanganan stunting. Melalui berbagai program dan berita, media membantu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya gizi seimbang dan peran keluarga dalam mencegah stunting.
Dengan penerapan pendekatan Pentahelix, Kudus menunjukkan komitmen yang kuat dalam menanggulangi masalah stunting. Melalui kolaborasi yang baik antar elemen masyarakat, angka stunting di kota ini dapat diturunkan secara signifikan.
Pj Bupati Kudus Hasan Chabibie menegaskan komitmennya untuk menurunkan angka stunting. Salah salah satunya membuat program inovasi melalui gerakan “Si Cantik” yang merupakan akronim dari Aksi Cegah Anak Stunting dengan Intervensi Kolaboratif.
Berdasarkan data hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilakukan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kasus stunting di Kabupaten Kudus mengalami penurunan cukup signifikan setiap tahunnya.
Pada tahun 2022, kasus stunting di Kabupaten Kudus tercatat di angka 19 persen. Kemudian tahun 2023 turun menjadi 15,7 persen. Tahun 2024 ini ditarget turun kembali minimal di angka 14 persen, sesuai dengan target nasional.
Baca Juga: Kompetisi E-Sport Harda Kiswaya-Danang: Ratusan Gamers Sleman Berlaga di Peace Village
Sedang berdasarkan data dari E-PPGBM (Elektonik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) atau penimbangan serentak yang dilakukan di posyandu dan puskesmas ada sekitar 2.600 anak stunting di Kudus hingga Oktober 2024.
Hasan Chabibie menyebut, melalui gerakan “Si Cantik” yang telah diluncurkan sejak 20 Juni 2024, diharapkan dapat menjadi upaya efektif untuk menurunkan angka stunting di “Kota Kretek”.
Program “Si Cantik” ini menjadi gerakan bersama, baik itu oleh unsur Forkopimda, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), perusahaan, perguruan tinggi atau akademisi, fasilitas kesehatan, media, maupun masyarakat. Inisiatif dan upaya menurunkan angka stunting ini patut mendapatkan apresiasi.
Baca Juga: Apakah Listrik di Wilayahmu Padam? Simak Jadwal Pemeliharaan PLN 11, 12, 13 November 2024
“Sekarang angka stunting di Kudus 15,7 persen, target kita secara nasional adalah 14 persen. Semoga bisa segera tercapai,” harap Hasan Chabibie.
Kepala DKK Kudus, dr Andini Aridewi menambahkan, program “Si Cantik” ini menjadi upaya kolaboratif bersama stakeholder terkait untuk sengkuyung bersama melakukan percepatan penurunan angka stunting.
Kondisi stunting di Kabupaten Kudus itu terjadi karena masalah pola asuh yang kurang tepat terkait MPASI (Makanan Pendamping ASI), input gizi pada balita dan konsistensi melakukan pengukuran tumbuh kembang balita di posyandu.