"Untuk Papua Barat, kami punya tekad yang sama, menjadi juara dan membawa pulang medali sebanyak mungkin," ungkapnya penuh percaya diri.
Pencak silat di PON Bela Diri 2025 menampilkan 16 kelas tanding dan kategori seni untuk putra dan putri.
Setiap provinsi dibatasi maksimal 10 atlet untuk menjaga keseimbangan dan kualitas pertandingan.
Rangkaian pertandingan berlangsung selama lima hari, dengan pertandingan puncak sekaligus penyerahan medali dijadwalkan pada Selasa (21/10).
Pembukaan pertandingan diawali dengan prosesi tradisional "Buka Gelanggang' yang mengandung nilai filosofi dan doa agar seluruh rangkaian pertandingan berjalan lancar dan aman.
Atraksi silat dengan golok dan penyerahan simbolis golok kepada Technical Delegate menambah khidmat suasana pembukaan.
Kisah perjalanan Echa dan Steivy mewakili semangat dan tekad seluruh pesilat yang bertarung di PON Bela Diri Kudus 2025.
Meski menempuh perjalanan jauh dan menghadapi tekanan tinggi, mereka membawa mimpi besar dan kebanggaan provinsi masing-masing.
Technical Delegate PB Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), Agung Nugroho menyatakan,
ajang ini bukan sekadar perlombaan, melainkan juga pembuktian kualitas pembinaan bela diri di Tanah Air, serta wadah mengasah mental dan fisik para atlet muda.
Di pertandingan perdana ini, tiga gelanggang disiapkan untuk pelaksanaan babak penyisihan Pencak Silat yang berlangsung selama lima hari.
Kategori seni atau jurus hanya mempertandingkan satu nomor untuk masing-masing gender, baik putra maupun putri.
Menurutnya, PON Bela Diri Kudus 2025 menjadi bukti nyata bagaimana olahraga tradisional seperti Pencak Silat bisa terus berkembang dan menjadi kebanggaan Indonesia.
Kisah perjuangan para atlet muda seperti Siti Khairani alias Echa dari Gorontalo dan Steivy Maleke dari Papua Barat, menginspirasi kita semua bahwa dengan tekad dan kerja keras, batas geografis dan rintangan bukanlah halangan untuk meraih prestasi. (Trq)