Sukiana Bersama DMC Dompet Dhuafa Gulirkan Konservasi dan Kelestarian Ketersediaan Air

Photo Author
- Rabu, 24 Januari 2024 | 17:58 WIB

Krjogja.com - GUNUNGKIDUL - Daerah karst rentan terhadap bencana kekeringan, karena sumber air cukup dalam. Bahkan cenderung tidak ada karena sudah mengalir jauh ke dalam sungai bawah tanah atau goa bawah tanah.

Sukiana warga Padukuhan Gagan Kapanewon Pengkol Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunungkidul. Ia selama ini konsen dalam mengupayakan tersedianya pasokan air untuk warga sekitar.

Adapun salah satu upaya tersebut adalam pembuatan belik, sebuah tandon sumber yang terdiri dari ruang penampung air utama. Belik biasanya bersumber dari resapan air sungai yang mengalir.

“Debit sumurnya tidak cukup, musim kemarau kita kekurangan air dan pada musim hujan kelebihan air. Karena tingkat ketebalan tanah itu terlalu tipis, jadi air hujan yang jatuh ke tanah tidak diresap secara sempurna sampai ke dalam. Karena banyak bebatuan di tempat kami,” kata Sukiana sambil menunjuk ke sebuah wilayah yang tertampang jelas kondisi bebatuan sangat besar, Rabu (24/01/2024).

Dusun Gagan sendiri terdiri dari 140 KK atau sekitar 400an jiwa lebih dan berada di wilayah bebatuan karst. Wilayah karst adalah daerah yang terdiri atas batuan kapur yang berpori sehingga air di permukaan tanah selalu merembes dan menghilang ke dalam tanah.

Sederhananya dalam wilayah karst, tingkat ketebalan tanah sangatlah tipis lantaran di bagian bawah tanah sudah terpenuhi oleh bebatuan atau sungai bawah tanah/goa bawah tanah.

Namun atas dasar ini Sukiana berusaha segala macam upaya untuk meningkatkan ketersediaan air bersih di wilayahnya. Menurutnya lahan pertanian yang kosong tak dapat dimanfaatkan tanpa adanya pengairan yang memadai.

Namun belik yang dibuat mampu menampung sumber air tidak hanya dari resapan air sungai, tetapi juga dari sumber mata air lainnya, dalam hal ini adalah sumur bor.

“Tandon sumber (belik) adalah semacam bungker, dengan kapasitas yang mampu untuk mengumpulkan dari beberapa mata air kecil lewat peralon di tiga atau empat titik. Di sini lokasi belik dimana dekat dengan sumber air dan rendah, maka mampu mengairi air secara grativitasi," katanya.

Pengumpulan air dari beberapa titik, Sukiana dan warga sekitar memanfaatkan teknik gravitasi, di mana air nantinya akan mengalir dengan sendirinya ke belik, sehingga meminimalisir penggunaan daya tambahan seperti listrik.

Namun tidak menutup kemungkinan untuk pemanfaatan airnya, akan dipasang pompa sehingga air yang sudah terkumpul di belik bisa mengalir ke wilayah-wilayah pemukiman atau rumah warga langsung.

“Warga bisa datang langsung ke tandon sumber (belik). Bisa juga ditarik menggunakan meteran air masing-masing (jika dihubungkan),” kata Sukiana.

Menurutnya kondisi saat ini jauh lebih baik daripada empat tahun lalu. Empat tahun lalu warga hanya mengandalkan bantuan dropping air dari pemerintah setempat ketika kekeringan melanda.

Upaya tersebut sangat membantu dalam jangka pendek, namun belum bisa menuntaskan masalah kekeringan dalam jangka panjang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ivan Aditya

Tags

Rekomendasi

Terkini

Menteri Agama Luncurkan Dana Paramita bagi ASN Buddha

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:21 WIB

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

Unpad Bandung Juara I UII Siaga Award 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:30 WIB
X