“Apabila kemudian ditemukan berita yang mencurigakan, bapak dan ibu dapat melaporkan berita tersebut melalui aduan konten atau turnbackhoax.id,” pungkas Komang.
Bincang-bincang soal hoaks, Dosen Universitas Primakara Putri Anugrah Cahaya Dewi juga turut memaparkan pendapatnya. Menurut Putri, hoaks itu layaknya virus di mana jika kita ikut menyebarkan, virus itu bisa merebak ke berbagai arah.
“Jika kita mendapati berita itu tidak benar, maka kita harus menghentikan virus itu di kita agar kemudian tidak semakin menyebar,” katanya.
Baca Juga: Selain Zirkzee, Manchester United Naksir Pemain Bologna Ini
Saat ada yang kita kenal menyebarkan berita, lanjut Putri, perlu ditanyakan lagi keabsahan berita kepada yang bersangkutan. Jika dirasa sumber yang tertera tidak kredibilitas atau bahkan mencurigakan, hentikan di kita.
“Apapun yang kita sebarkan, kita memiliki andil di situ, sehingga kita harus tahu apa konsekuensinya. Jejak digital adalah hal yang nyata, sebabnya perlu kehati-hatian di media sosial,” lanjutnya.
Baca Juga: Meghan Markle dan Pangeran Harry Coba Bisnis Baru di Bidang Makanan Hewan
Etika digital kemudian menjadi unsur yang penting dalam proses menyebarkan berita dan mengunggah konten. Hal itu adalah salah satu bentuk kontribusi masyarakat dalam menjaga keseimbangan dan keamanan di ruang digital.
“Berkomunikasi di media sosial, harus hati-hati dengan apa yang kita posting, kritis terhadap berita yang kita terima, sebutkan sumber kita mau sharing data, jaga tata bahasa, dan jaga emosi di ruang digital,” pungkasnya.(ati)