Pinjaman Tanpa Agunan, Nyaris Tanpa Kredit Macet: Rahasia Sukses PNM Yogyakarta Terungkap

Photo Author
- Senin, 28 Juli 2025 | 16:44 WIB
Pemimpin PNM Cabang Yogyakarta, Danang Setya Budi (Foto: Primaswolo)
Pemimpin PNM Cabang Yogyakarta, Danang Setya Budi (Foto: Primaswolo)


Krjogja.com - YOGYA – Di tengah meningkatnya risiko kredit macet di sektor keuangan mikro, Permodalan Nasional Madani (PNM) justru membuktikan pembiayaan usaha dengan hampir tidak ada kemacetan, seperti yang terjadi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Melalui program Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera), PNM mencatat angka Non-Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah yang nyaris nol persen, dari total outstanding pembiayaan yang hampir menyentuh Rp400 miliar.

Model pembiayaan unik PNM berbasis kelompok terbukti menjadi kunci keberhasilan. Pinjaman diberikan tanpa agunan, namun dijamin oleh solidaritas kelompok yang terdiri dari perempuan prasejahtera pelaku usaha ultra mikro. Apabila ada anggota yang menunggak, maka seluruh kelompok ikut bertanggung jawab. Tanggung renteng ini menjadikan kontrol sosial di dalam kelompok lebih efektif daripada sistem perbankan konvensional.

“Kelompok itu harus saling percaya. Seleksi anggota dilakukan ketat dan wajib disetujui oleh ketua serta semua anggota,” ujar Pemimpin PNM Cabang Yogyakarta, Danang Setya Budi, Pemimpin Cabang PNM Yogyakarta, Senin (28/7/2025).

Baca Juga: PNM dan Perempuan Hebat: Menggerakkan Usaha, Menguatkan Ekonomi Keluarga di Yogya

Ia menyebut, hingga Juni 2025, total pembiayaan Mekaar telah mencapai Rp391 miliar, dan diyakini akan tembus Rp400 miliar hingga akhir tahun.

Program Mekaar di DIY telah menjangkau lebih dari 146 ribu nasabah perempuan, tersebar di 41 titik layanan. Mayoritas dari mereka sudah bermigrasi ke skema syariah, yakni sekitar 70 persen. Menurut Danang, pendekatan syariah memberikan kenyamanan lebih kepada nasabah, terutama dalam menjalankan usaha kecil berbasis keluarga.

Setiap minggu, kelompok nasabah mengadakan pertemuan untuk menyetor cicilan, berdiskusi tentang usaha, dan saling memberikan dukungan. Aktivitas ini memperkuat disiplin dan keterikatan emosional antarnasabah. “Disiplin terbentuk karena mereka tahu, jika satu lalai, yang lain ikut terdampak,” tambah Danang.

Sebelum dana dicairkan, nasabah wajib mengikuti pelatihan dasar seperti literasi keuangan dan manajemen usaha mikro. Setelah itu, mereka mendapat pendampingan intensif dari para Account Officer (AO) PNM, yang rata-rata adalah lulusan SMA/SMK usia muda, namun sudah dibekali pelatihan profesional. Saat ini, ada sekitar 460 AO aktif di seluruh wilayah DIY.

Baca Juga: Dari Mangrove hingga Buah-Buahan, Ini Alasan PNM Jalankan Program Penghijauan

Menurut Danang pendampingan salah satu kunci keberhasilan. Tidak hanya mengawasi, para AO juga berfungsi sebagai motivator dan penghubung antara nasabah dan lembaga. “Kami tidak hanya memberikan uang, tetapi juga pengetahuan, pendampingan, dan perhatian terhadap kondisi mereka,” tegasnya.

Model ini terbukti tak hanya efektif secara ekonomi, tetapi juga memberdayakan perempuan sebagai tulang punggung keluarga. Bahkan di wilayah lain seperti Mojokerto di mana dirinya sebelumnya bertugas, pendekatan yang sama telah mendorong penyaluran pembiayaan syariah hingga Rp500 miliar. Kisah sukses PNM Yogyakarta menjadi bukti bahwa pendekatan sosial berbasis komunitas bisa menghasilkan sistem pembiayaan yang tangguh, disiplin, dan hampir bebas dari kredit macet. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Primaswolo Sudjono

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

Unpad Bandung Juara I UII Siaga Award 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:30 WIB
X