Angga Dwimas Sasongko Ceritakan 17 Tahun Bangun Visinema hingga Film Jumbo 'Meledak' di JAFF 2025

Photo Author
- Sabtu, 29 November 2025 | 15:30 WIB
Perjalanan 17 tahun Visinema Pictures kembali disorot setelah film animasi, Jumbo, “meledak” dan menjadi sorotan utama di seluruh Indonesia belum lama ini. CEO Visinema, Angga Dwimas Sasongko, membagi (FX Harminnto)
Perjalanan 17 tahun Visinema Pictures kembali disorot setelah film animasi, Jumbo, “meledak” dan menjadi sorotan utama di seluruh Indonesia belum lama ini. CEO Visinema, Angga Dwimas Sasongko, membagi (FX Harminnto)

Krjogja.com - BANTUL - Perjalanan 17 tahun Visinema Pictures kembali disorot setelah film animasi, Jumbo, “meledak” dan menjadi sorotan utama di seluruh Indonesia belum lama ini. CEO Visinema, Angga Dwimas Sasongko, membagikan cerita panjang soal bagaimana ia membangun perusahaannya dari garasi kecil hingga menjadi salah satu kekuatan utama perfilman Indonesia di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2025, Sabtu (29/11/2025).

Angga mengenang bahwa perjalanannya dimulai dari ruang diskusi Kine28 di Kemang. Di tempat itu, ia menawarkan diri untuk bekerja apa saja di dunia film, magang produksi hingga menyutradarai. Namun, ada momen ketika ia menyadari bahwa bekerja untuk orang lain bukanlah jalannya.

"Saya cetak kartu nama dengan title sutradara. Visinema dan saya lahir dari kenyataan bahwa saya hanya tahu menjadi sutradara. Tak cemerlang di akademis, film satu-satunya hal yang menemukan saya," ujarnya.

Baca Juga: Zurich Siapkan Tiga Strategi Bisnis Untuk Tahun 2026

Setelah membuat video klip dan menulis skenario, bahkan menjual naskah ke perusahaan konglomerasi media, Angga memutuskan membangun Visinema Pictures pada 2008. Ia menyewa garasi milik temannya di Jakarta sebagai kantor pertama. Dari ruang kecil itulah film debut Visinema, Hari Untuk Amanda, lahir.

Kesuksesan berlanjut lewat sejumlah film yang hingga kini dianggap ikonik, mulai dari Cahaya Dari Timur, Filosofi Kopi, Surat dari Praha, Love For Sale, hingga Jumbo yang menjadi tonggak baru film animasi di Indonesia.

"Ya, perusahaan itu dinamis, bukan tentang kertas dan bangunan, tapi orang-orangnya. Visinema harus tumbuh sendiri, bukan hanya representasi Angga Sasongko. Siapapun bisa berkarya di Visinema," ucapnya.

Baca Juga: Jelang Nataru Pemerintah Berikan Diskon Pembelian Tiket Hingga 20 Persen

Yang menarik, Angga mengaku tidak pernah membaca naskah film Jumbo yang dibuat Ryan Adriandhy. Ia justru baru menonton film tersebut secara utuh saat pemutaran perdana.

"Saya hanya tanya durasinya berapa, siap deliver kapan. Jumbo terlambat satu tahun, dan saya harus memastikan semua kru bisa tetap bekerja satu tahun lagi. Ini yang CEO lakukan, tidak boleh over control," kata Angga.

Ia menegaskan bahwa perannya sebagai CEO kini lebih kepada memastikan film Visinema diproduksi dan didistribusikan dengan baik, serta mencapai target box office, bukan mengendalikan kreativitas. "Saya sangat bangga Visinema jadi nomor satu box office of all time tanpa kreativitas saya di dalamnya. Produk Visinema itu talent. Kami investasi pada talent, memberi kesempatan dan ruang untuk berkarya," tandasnya.

Baca Juga: LKC Dompet Dhuafa Jateng Perkuat Dukungan Inklusivitas pada Perkemahan Pemuda-Pemudi Tuli Nasional ke-2 di Solo

Angga menegaskan bahwa Visinema kini bergerak ke arah lebih besar dengan mengembangkan intellectual property (IP). Tujuannya, agar pendapatan perusahaan tidak hanya bergantung pada box office.

"Box office hanya salah satu. Banyak lini lain yang menghidupi. Jangan pernah kawin dengan satu ide. Starwars dapat 9 billion, itu hanya 1 billion dari box office dan lainnya dari bidang lain," ungkapnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

Unpad Bandung Juara I UII Siaga Award 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:30 WIB
X