KARANGANYAR (KR) —Pemerintah Kabupaten Karanganyar meluncurkan Kampung Percontohan Pengambilan Sampah Terpilah sekaligus Pemberian Penghargaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 2025 yang digelar di RW 11 Badranasri, Cangakan, Jumat (5/12). Kegiatan ini mendorong tuntas sampah sejak di hulu serta mendorong peningkatan kualitas lingkungan secara berkelanjutan.
Dalam sambutannya, Kabid Wilayah II Kantor Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup Jawa, Ari Yuwono, memperjelas bahwa isu sampah di Indonesia telah bergeser dari kondisi krisis menjadi darurat sampah. Ia mengutip data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yakni dari 551 kabupaten/kota di Indonesia, sekitar 336 kabupaten/kota telah ditetapkan masuk kategori darurat sampah. Di Jawa Tengah sendiri, dari 35 kabupaten/kota disebutkan ada sekitar 15–16 kabupaten/kota yang berada pada kategori darurat atau separuh wilayah provinsi ini.
Ari menegaskan perlunya upaya kolektif untuk mencapai target nasional pengelolaan sampah 50–55 persen pada 2025, dari capaian saat ini sekitar 30 persen. Ari memuji langkah-langkah progresif kepala daerah dan desa setempat terkait penutupan TPA di Sukosari Jumantono sebagai bagian dari upaya pengelolaan sampah.
Baca Juga: 50 Kalurahan Budaya DIY Ikuti DODOLANAN, Unjuk Potensi dan Adu Tangkas Lomba Gobak Sodor
“Indonesia sepertinya memasuki tidak lagi krisis sampah tapi sudah darurat sampah. Bapak Menteri sudah menetapkan sekitar 336 kabupaten/kota yang masuk dalam kategori darurat sampah. Kalau di Jawa Tengah ada sekitar 15 atau 16 kabupaten/kota. Pemerintah menetapkan capaian pengelolaan sampah untuk tahun 2025 itu minimal 50 sampai 55 persen atau sekitar 70 atau 80 ton per hari, harus dikelola dengan baik," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar, Sunarno, menjelaskan secara rinci mekanisme percontohan pengelolaan sampah terpilah yang diterapkan di RW 11 Badranasri. Ia menyebut bahwa setiap rumah telah diberikan komposter tanam untuk mengolah sampah organik secara mandiri. Dengan cara ini, sampah organik tidak lagi bercampur dengan sampah lain, sekaligus menghasilkan pupuk yang bisa digunakan warga.
“Untuk sampah anorganik yang memiliki nilai guna, kami membentuk Bank Sampah Sumber Rejeki. Warga bisa menyetorkan sampahnya, dan pengelola bank sampah akan memprosesnya sebagai bahan daur ulang,” terangnya.
Baca Juga: Banjir Bandang Landa Aceh dan Sumatra, PMI Kota Yogya Bergerak Cepat Kirim 200 Kantong Darah
Artinya, petugas DLH hanya akan mengambil sampah residu, sehingga volume sampah yang menuju TPA Sukosari dapat ditekan. Evaluasi dilakukan setiap pekan agar program tidak berhenti pada tahap launching saja.“Fokusnya tetap pada pengurangan dari sumber, bukan menunggu sampah menumpuk,” katanya.
Bupati Karanganyar, Rober Christanto, dalam kesempatan tersebut menyerahkan sejumlah penghargaan kepada desa, sekolah, dan bank sampah yang dinilai memiliki komitmen kuat dalam menjaga lingkungan. Ia menyampaikan bahwa penghargaan tersebut merupakan bentuk apresiasi pemerintah sekaligus motivasi bagi masyarakat untuk meningkatkan peran aktif dalam menjaga lingkungan.
“Yang kami harapkan bukan sekadar mendapatkan piala atau gelar. Yang lebih penting adalah tumbuhnya kesadaran bahwa lingkungan yang baik itu adalah investasi jangka panjang bagi masyarakat sendiri,” ujar Bupati.
Baca Juga: Bluebird Hadir di Solo, Ajak Masyarakat Jelajah Kota Lebih Nyaman
Penghargaan yang diberikan antara lain meliputi Desa Mandiri Sampah kepada empat desa, tiga bank sampah berprestasi, enam sekolah Adiwiyata Kabupaten, dua sekolah Adiwiyata Provinsi, serta empat desa penerima tropi Proklim Utama. Menurut Bupati, capaian tersebut menunjukkan bahwa kesadaran lingkungan di masyarakat Karanganyar terus berkembang.
Bupati juga mendorong pemanfaatan lahan kosong untuk ditanami tanaman pangan seperti cabai dan terong. Program tersebut dinilai dapat mendukung ketahanan pangan rumah tangga dan sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan.
“Kalau lahan kosong dibiarkan, tidak memberi manfaat. Tapi kalau ditanami, dampaknya bisa langsung dirasakan warga. TPA Sukosari yang dulunya dimasuki 150 ton perhari, dengan program dari hulu ke hilir dapat berkurang jadi 100 ton per hari," katanya. (Lim)