Diskusi berakhir tanpa sorak-sorai, hanya hening panjang seperti gema yang tersisa setelah suara keras. Para pembicara seolah sepakat: kebudayaan Indonesia membutuhkan panggung yang hidup, bukan dibekukan di museum atau dijadikan ornamen festival.
“Kebenaran tidak pernah dimonopoli oleh satu suara,” ujar Okky. Pesan itu terasa relevan di tengah riuh zaman yang kerap menelan sejarah dan menafikan nilai lama.
Seperti peringatan Imam Ali bin Abi Thalib: “Seseorang yang tidak mengetahui sejarahnya, maka ia akan tersesat dalam perjalanan hidupnya.” Dan hari ini, di ruang itu, secercah cahaya coba menuntun bangsa ini kembali ke peta jalan lamanya menuju jati diri yang belum sepenuhnya hilang.(Ati)