Manfaat lainnya yakni bisa memberikan pekerjaan kepada para pemulung yang bertugas untuk memilah sampah organik dan anorganik. Dimana seluruh hasil pemilahan sampah anorganik, seperti plastik dijual oleh pemulung kepada pengepul untuk kemudian diolah menjadi produk daur ulang. Adapun uang yang dihasilkan dari penjualan tersebut seluruhnya diberikan kepada pemulung.Â
Sedangkan untuk sampah organik diolah menjadi kompos padat, kompos cair, dan gas metana. Kompos padat dapat digunakan untuk pupuk tanaman di lingkungan apartemen maupun diberikan kepada warga yang berada di sekitar apartemen.Â
“Kompos ini juga kami kirimkan untuk kantor kelurahan dan Kecamatan setempat. Bahkan ada juga perusahaan yang bergerak di bidang landscape membeli dari kami,†kata Kadek.Â
Sedangkan untuk gas metana, karena skalanya masih kecil, maka baru dimanfaatkan untuk kebutuhan memasak di dapur TPS. “Teknologi pengolahan sampah organik menjadi gas metana ini cukup sederhana, kami datang untuk melihat dan mempelajari dan memodifikasi dari beberapa tempat yang sudah membuat dan menjalaninya,†tutur Kadek.
Menurut Kadek, biaya untuk membuat TPS yang menerapkan Green Waste seperti ini tidaklah mahal, yakni berkisar Rp 100 juta, tergantung dari luas lahan dan kebutuhannya.
“Konsep pengelolaan sampah yang kami buat ini sangat sederhana tetapi bermanfaat besar bagi para pemulung, penghuni apartemen dan warga sekitar untuk memberikan contoh nyata dalam menjaga kebersihan,†pungkas Kadek. (*)