Krjogja.com - SLEMAN - Awal tahun di bulan Januari ini musim hujan sedang mulai ketika angin muson barat berhasil menghalau angin siklon timur kering.
Sumber BMKG menilai perubahan ini adalah anomali cuaca yang basah terutama di Jogja sungguh ini berarti bagi petani di sawah.
Hamparan sawah di seputaran Moyudan Sleman mulai menghijau seperti permadani yang mulai digelar oleh petani.
Baca Juga: Outfit Ganjar-Mahfud dalam Debat Ketiga Capres: Gaya Militer dengan Produk Lokal
Musim penghujan memberi semangat tersendiri buat petani mengolah sawah sendiri maupun mengolah sawah milik orang lain.
"Ongkos traktor hampir dua ratus ribuan ini belum dihitung ongkos bibit tanaman padi" kata Paryono salah satu petani.
Petani yang saya temui ketika sedang ngurit benih padinya di bulak Karang Kopek Sumbersari Moyudan Sleman.
Baca Juga: Guru Konten Kreator Sekolah Swasta Dilaporkan ke Polresta, Diduga Lakukan Pelecehan ke Siswa
Banyak petani yang menggarap sawah sendiri namun lebih banyak penggarap sawah orang lain karena tidak punya lahan sawah sendiri.
Dengan honorarium sekitar Rp 60 ribu. "Sewidak (enam puluh)ribu plus makan siang," kata bu petani, Senin (8/1/2024).
Hamparan sawah ini jadi saksi perjuangan para petani di bulak ini yang an sich andalkan kehidupannya di sini.
Baca Juga: Ini Sosok Hj Arien, Istri Cantik Kaji Beky Sahabat Gus Iqdam
Sesederhana itulah mereka kehidupan yang mereka jalani untuk menghasilkan buat makanan pokok kita setiap hari.
Fakta yang ada setelah sensus pertanian 2023 menemukan data bahwa petani tua masih mendominasi bisnis pertanian di DIY.
