Jama'ah kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT.
Mari kita panjatkan puji dan syukur kita terhadap Allah subhanahu wa ta'ala yang telah memberikan kita nikmat serta karunianya sehingga kita dapat berkumpul dalam salat Jumat siang ini.
Tak lupa kita panjatkan rasa syukur kita kepada Baginda Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam, semoga kita mendapatkan syafaatnya yaumul akhir nanti. Amin ya robbal alamin.
Pada sidang Jumat kali ini, saya selaku khotib akan menyampaikan mengenai kurban sebagai bukti cinta dan taat kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Alhamdulillah saat ini kita berada di penghujung bulan Dzulqo'dah, dan akan masuk ke bulan Dzulhijjah 1445 Hijriyah.
Ibadah qurban erat kaitannya dengan kisah Nabi Ibrahim alaihissalam, Seorang nabi yang benar-benar teruji bagaimana cara mentauhidkan Allah SWT. Sehingga beliau diberikan julukan sebagai bapak Tauhid.
Banyak ujian hidup bertubi-tubi kepada Nabi Ibrahim salah satunya ketika Allah SWT memerintahkan untuk menyembelih putranya yaitu Ismail. Anak yang sangat disayanginya serta dinanti-nantikan kehadirannya hingga di usia yang mulai renta.
Perintah dari Allah SWT Ia dahulukan yang datang tidak pernah mengguncang jiwa dan tidak pernah diduakannya karena alasan cinta pada anak dan keluarga. Maka perintah Allah SWT itu di jalannya dengan penuh hati sebagai bentuk ketaatan kepadanya.
Apa yang dijalankan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menunjukkan totalitas ketaatannya kepada Rabb-nya. Ketaatan dan cintanya kepada Allah SWT melebihi cinta kepada siapapun termasuk jiwa raganya sendiri.
Maka tidak mengherankan apabila Nabi Ibrahim mendapatkan gelar khalilullah yaitu kekasih Allah. Sebagaimana yang Allah SWT perintahkan dalam Al Quran yang bunyinya:
اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ كَانَ اُمَّةً قَانِتًا لِّلّٰهِ حَنِيْفًاۗ وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۙ ١٢٠
inna ibrâhîma kâna ummatang qânital lillâhi ḫanîfâ, wa lam yaku minal-musyrikîn
