KRJogja.com — Masyarakat tengah bersiap menyambut halloween yang puncaknya bakal jatuh pada 31 Oktober mendatang.
Bagi publik awam yang mungkin belum mengenal detail ihwal halloween, tentu akan bertanya-tanya: "Mengapa perayaan ini kental dengan nuansa menyeramkan?"
Baca Juga: FE Untidar Gelar 'TICEMBA 2025' Hadirkan Pembicara Luar dan Dalam Negeri
Jawaban atas pertanyaan tersebut tentu tak bisa lepas dari sejarah mula-mula adanya perayaan halloween.
Halloween sendiri merupakan akronim dari hallows evening yang berarti malam suci. Perayaan ini dimaksudkan untuk mengenang para orang sucimengenan yang perayaannya jatuh pada 1 November.
Menurut sejarahnya, halloween pertama kali dirayakan oleh orang-orang Celtic, yakni umat Kristen di wilayah Inggris dan Irlandia.
Baca Juga: Pelantikan Pengurus DPC FPPI Sleman 2025-2030, Wujudkan Perempuan Cerdas Mandiri dan Berprestasi
Paus Bonifasius merupakan pencetus mula dari perayaan tahunan ini selepas mengadopsinya dari festival Samhain.
Festival Samhain merupakan tradisi masyarakat Pagan Kuno untuk merayakan panen. Tradisi ini berkembang di masyarakat Eropa Tengah di masanya.
Selepas diadopsi oleh ajaran Kristen, tradisi halloween lantas berkembang dan menyebar di banyak wilayah.
Tradisi pengenaan kostum-kostum seram saat malam tanggal 31 Oktober berangkat dari kepercayaan lama.
Saat mulai memasuki musim dingin ini, orang-orang percaya bahwa para arwah jahat kembali ke bumi.
Masyarakat lantas mengenakan topeng atau atribut seram untuk menakut-nakuti arwah tadi.
Ringkasnya, tradisi mengenakan kostum seram saat halloween tak lain merupakan ekspresi tolak-balak.
Lantas, mengapa pula halloween identik dengan labu?