SEMARANG,KRJOGJA.com- Musibah Pandemi virus corona atau Covid-19 yang terjadi saat ini berimbas terhadap berbagai sektor, termasuk sektor pendidikan. Kewajiban untuk social distancing, memakai masker, mencuci tangan dan menghindari kerumunan mendorong proses belajar mengajar (PBM) di sekolah dan perguruan tinggi (PT) mulai beralih dari pembelajaran tatap muka (offline) menjadi daring (online).
Hal tersebut mengakibatkan pihak pengelola sekolah, para guru, murid dan orang tua dipaksa harus dapat menyesuaikan dengan kondisi tersebut. Mereka mulai menyadari pentingnya literasi (melek) digital supaya proses pembelajaran tetap berjalan walapun dirasa masih sangat berat, baik bagi sekolah, siswa dan orang tua.
Menurut dosen Pendidikan Bahasa Inggris FITK UIN Walisongo Semarang Nadiah Ma’mun MPd, bagi guru Bahasa Inggris, situasi ini tentu mendorong mereka untuk lebih kreatif dan inovatif dalam penyediaan materi bahasa Inggris dan media pembelajaran yang cocok dan mudah diakses siswa. Saat ini banyak pilihan variasi media digital, misalnya google meet, google classroom, Whatsapp, dan zoom meeting, yang dapat dipilih oleh guru.
“Nakun menurut pakar pendidikan, efektifitas pembelajaran bukan hanya ditentukan dari medianya saja, tetapi lebih pada literasi digital. Berupa ketertarikan, sikap, dan kemampuan individu untuk menggunakan teknologi digital, dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis, mengevalusasi informasi, membangun pengetahuan baru, dan berkomunikasi dengan orang lain secara efektif†ujar Nadiah Ma’mun yang juga mahasiswa Program Doktor (S3) Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini kepada “KR’ Senin (14/12/2020).
Dengan literasi digital, para guru bahasa Inggris dapat mengelola pembelajaran bahasa Inggris lebih efektif dan efisien. Ini ditunjukkan dengan kemampuan komunikasi aktif siswa dengan menggunakan bahasa Inggris. Disamping itu, digital literacy ini dapat menciptakan atmosfer kemandirian siswa dalam memilih materi yang harus dipelajarinya. Serta, target ketuntasan materi yang dapat dikelola sendiri sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
“Guru juga perlu menyadari bahwa pembelajaran mandiri secara digital tidak dapat dibatasi waktu, jadi sebaiknya yang lebih ditekankan adalah pendekatan penguasaan materi (mastery concept). Contohnya, Guru dapat menerapkan pembelajaran berbasis tugas atau proyek. Karena Tugas merupakan bentuk kegiatan siswa yang bisa dilakukan dengan mempelajari materi ajar dari sumber autentik sehingga mendorong siswa untuk dapat berkomunikasi dengan bahasa Inggris yang dipakai oleh penutur jati†tambah Nadiah Ma’mun MPd.
Lebih lanjut menurutnya, guru tetap harus mengontrol kegiatan belajar keseharian siswa. Kontrol pembelajaran dapat dilakukan dengan pendekatan pragmatis, menggunakan data lunak (soft data) berupa persepsi, nilai, dan keinginan siswa atau peserta didik, dengan mempertimbangkan apa yang dapat dilakukannya. Sedangkan evaluasi penguasaan materi dapat dilakukan dengan aneka macam cara, misalnya dengan self-test (tes sendiri), tes baku yang dapat diambil kapan saja, tes kolokium, dan tes dalam bentuk portofolio. (sgi)