SEMARANG,KRJOGJA.com- Kabupaten Magelang memiliki potensi UMKM dengan berbagai produk akhir, seperti makanan olahan, kerajinan, batik, butik dan aneka kuliner khas  berbasis potensi lokal yang cukup tinggi. Pada tahun 2018  terdapat lebih dari 106.000 unit usaha yang tersebar di 21 kecamatan dan mampu menyerap tenaga kerja 161.552 orang. Namun, secara makro UMKM masih memilik beberapa kelemahan dan menghadapi banyak kendala serta permasalahan, seperti permodalan, ketersediaan bahan baku komoditas produk tertentu, pemasaran dan rendahnya kemampuan SDM.
Potensi UMKM, khususnya UMKM bidang makanan olahan di desa Dampit, kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang mendapat perhatian Tim Pengabdian Masyarakat Politeknik Negeri Semarang (Polines) yang diketuai Eka Murtiasri SE MSi dengan anggota Ir. Edy Suwarto MT dan Drs Paryono SST MT dalam Program Kemitraan Masyarakat (PKM) didukung pendanaan Kemenristekdikti 2019. Tujuan program pengabdian ini untuk mendampingi UMKM pada berbagai langkah pengembangan, pembinaan dan motivasi usaha agar mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja, meningkatkan kuantitas dan kualitas produk, berinovasi dan mendapatkan legalisasi, serta sadar akan pentingnya sertifikasi produk sehingga mampu menggerakkan perdagangan menembus pasar global yang pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan para pelaku UMKM itu sendiri.
Hasil akhir program diwujudkan dengan terbentuknya tindakan profesional, kreatif, inovatif dan berwawasan global bagi para pelaku UMKM. Pendampingan Polines dilakukan pada mitra UMKM keripik Permata Yusri pimpinan Sri Mulyawati yang memproduksi berbagai macam produk olahan makanan berjenis keripik kacang tanah dan tumpi. Selama satu tahun terakhir, mitra melakukan inovasi  memproduksi keripik berbahan hasil pertanian berupa: pisang, ketela, pare, bayam, dan seledri.
Permintaan produk ini sangat tinggi dan sudah dipasarkan di Magelang, Semarang, Yogyakarta dan Bandung. Usaha yang didirikan sejak 2016 memiliki omset penjualan rata-rata Rp. 30 - 35 juta perbulan. Mitra program pengabdian ini memiliki cukup pengalaman serta prospek usaha yang potensial untuk ditingkatkan.
Proses pendampingan dilakukan mulai dari hulu hingga akhir proses, meliputi penataan layout ruang produksi, pembangunan tempat produksi yang memenuhi standar kualitas kesehatan, penambahan peralatan produksi berupa alat produksi dan mesin kemas berisi hydrogen untuk menjaga agar produk tidak mudah remuk dan mlempem. Selain aspek produksi, pendampingan dilakukan pada aspek penataan SDM dalam pengelolaan administrasi dan keuangan melalui pelatihan akuntansi dasar, perhitungan harga pokok, standar proses produksi dan strategi pemasaran.
Penataan ruang produksi dilakukan untuk menjamin agar proses produksi dapat dilakukan secara efisien dengan memperhatikan aspek ergonomis dan alur pekerjaan mulai dari proses penyimpanan bahan bakar kayu, bahan baku hingga penataan barang jadi. Pembangunan ruang produksi meliputi pembuatan 3 tungku dan cerobong asap agar asap dari proses produksi tidak masuk dalam ruang produksi yang dapat menyebabkan terganggunya kesehatan pekerja.
Kontribusi utama program PKM ini adalah membentuk sinergi antara Pemkab Magelang dengan pelaku usaha dan Politeknik Negeri Semarang sebagai institusi pengabdi. Terbentuknya sinergi tersebut diharapkan mampu menjadikan UMKM mandiri dan berdaya saing dan dapat menjadi salah satu unggulan produk di wilayah Kabupaten Magelang.(sgi)