SEMARANG, KRJOGJA.com - Provinsi Jateng di sisa akhir 2017 berusaha mengejar tercapainya 100 persen program Kampung KB (KKB). Tercatat hingga 14 November 2017, program KKB baru di provinsi ini tercapai 79 persen. Bahkan, ada sejumlah daerah kabupaten/kota yang belum melaporkan pencanangan program ini, di antaranya Kabupaten Karanganyar.
“Saya tak habis fikir kenapa Bupati Karanganyar hingga hari ini belum melaporkan kegiatan ini. Apakah program KKB-nya sudah dijalankan atau belum. Semua kabupaten/kota sudah melaporkan kecuali Karanganyar. Padahal, Jateng menargetkan tahun ini program KKB harus tercapai 100 persen, yang memerlukan koordinasi bersama,†tegas Kepala Perwakilan BKKBN Jateng Wagino pada Forum Koordinasi Kehumasan Program Kependudukan Kelyarga Berencana dan Pembangunan Keluarga, di Semarang, Selasa (14/11/2017).
Kegiatan yang diikuti kalangan media massa dan mitra kerja Perwakilan BKKBN Jateng tersebut dihadiri pula oleh Kris saputro, Kepala Biro Hukum, Organisasi dan Masyarakat BKKBN Pusat. Menurut Wagino, KKB merupakan program unggulan kemitraan. Sebagai integrasi kemitraan dengan dukungan mitra kerja terkait. Sekaligus sebagai bentuk partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
KKB ini pada 2016 diprogramkan di setiap kabupaten, pada 2017 di setiap kecamatan harus ada KKB dan pada 2018 di setiap daerah tertinggal wajib ada KKB. Pelaksanaan program ini dievaluasi setiap tiga bulan sekali. Pedomannya, setiap desa miskin harus terbentuk KKB, agar dari semua aktivitas sosial ekonomi hingga kelahiran bayi terantisipasi secara dini.
Disebutkan, daerah di Jateng yang telah menjangkau 100 persen KKB, antara Wonosobo, Boyolali, Grobogan, Blora, Salatiga, Solo, dan Kudus. Bahkan Kota Magelang tercapai 533 persen, Kota Semarang, Wonogiri dan Batang terealisasi 120 persen, dan Kota Tegal 125 persen. Yang lain masih di bawah 100 persen.
Menurut Wagino, bagi daerah yang angka KKB-nya melampaui 100 persen berarti daerah tersebut sudah melaksanakan KKB yang diprogramkan pada 2018 mendatang, yakni di setiap desa tertinggal harus ada KKB.
Di sisi lain, meski Kota Semarang sukses dalam KKB, namun kota ini angka kematian ibu dan anak masih tinggi. Hal ini terasa sulit dimengerti mengingat jumlah rumah sakit, dokter, puskesmas serta sarana penunjang kesehatan lainnya terakomodasi secara baik. Demikian pula di Brebes, angka kematian ibu dan anak masih tetap tinggi meski sudah diintervensi secara maksimal. “Ini tantangan kita bersama,†tegasnya.
Oleh karenanya, tambah Wagino, KKB bukan hanya program yang harus dijalankan oleh ansih BKKBN semata, tetapi merupakan program bersama semua instansi terkait yang harus bekerja sama secara terus menerus. Mengingat, Jateng hingga kini masih menghadapi problem, antara lain angka kematian ibu dan bayi masih tinggi, serangan HIV, gisi buruk, DBD juga angka kemiskinan yang masih di atas 13 persen. (Isi)