SEMARANG, KRJOGJA.com - Ketua DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Ir Prasetyo Sunaryo MT mempersilahkan anggotanya di seluruh Indonesia untuk menonton film Pengkhianatan G30S /PKI bila dipandang perlu untuk mengetahui sejarah melalui isi film tersebut.
Hal ini mengingat tidak adanya pelarangan bagi siapapun untuk menonton film tersebut. Sampai sekarang pun LDII juga tidak menerima anjuran atau himbauan kepada warganya untuk menonton film tersebut. "Jadi kami persilahkan kalau mau menonton. Tidak menonton pun juga tidak ada masalah. Semua kami kembalikan kepada pribadi masing-masing", ungkap Prasetyo saat menghadiri
Media Gathering LDII di Hotel Gracia Semarang, Sabtu (23/9/2017) siang.
Bagi LDII, Pancasila dan NKRI adalah harga mati. Komitmen inilah yang menurut Prasetyo menunjukkan bahwa LDII sebagai organisasi kemasyarakaan berjalan dan bergerak sesuai konstitusi.
Ketua DPW LDII Jawa Tengah, Prof Dr Singgih Tri Sulistyono menambahkan bahwa LDII ingin meningkatkan kontribusinya terhadap bangsa dan negara melalui kegiatan kemasyarakatan. Beberapa yang telah dilakukan antara lain menggandeng Kodam IV Diponegoro dalam memberikan pengetahuan Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara terhadap ribuan anggotanya. Dengan Polda Jateng juga dilakukan untuk memberikan pemahaman hukum dan Kamtibmas.
Sedangkan dengan Pemerinah Daerah dilakukan untuk membantu di bidang sosial kemasyarakatan seperti penghijauan dan pemberian bantuan ke masyarakat kurang mampu maupun mereka yang terkena bencana. Gathering dengan media digelar untuk menyamakan persepsi dan lebih mengenalkan ke masyarakat akan kiprah LDII selama ini. LDII ingin mewujudkan nilai kemanusiaan yang merupakan bagian dari pengamalan Pancasila.
Ditengah tantangan yang kini menghadang Indonesia, LDII berharap bisa ikut berkonttribusi dalam menjawab dan menghadapi tantangan tersebut. LDII menyerukan persatuan dan kesatuan yang harus dijaga seluruh komponen negara dan bangsa.
"Kami mengingatkan perlunya peningkatan rasa persahabatan sebagai bagian dari upaya mengurangi terjadinya konflik dan membangun kebersamaan untuk mengaasi problem sosial seperti kemiskinan, dampak bahaya narkoba, pornografi, kenakalan remaja dan penyakit masyarakat lainnya", tegas Prof Dr Singgih Tri Sulistyono. (Cha)