SEMARANG, KRJOGJA.com - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng dan kabupaten/ kota, menyepakati penerapan strategi yang persuasif, lembut dan merangkul dalam upaya menangkal dan mengantisipasi gerakan radikalisme dan terorisme di provinsi ini. Upaya penyadaran diyakini lebih efektif daripada dengan sikap keras.
Rancangan strategi tersebut muncul sebagai salah satu rumusan halaqoh bertema mengantisipasi gerakan radikalisme dan terorisme, yang diselenggarakan 2-3 Agustus, di hotel Lor In, Solo. Halaqoh yang dibuka Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, menampilkan narasumber Ketum MUI Jateng Dr KH Ahmad Darodji MSi, Kasdam IV/Diponegoro Brigjen TNI Muhammad Sabrar Fadhilah, Direktur Intel Polda Jateng Kombes Pol  Eko Widialatmo, dan Staf Ahli BNPT Dr KH Fadlolan Mustaffa Lc MA.
Ketum MUI Jateng Ahmad Darodji meminta jajaran TNI, Polri sebagai aparat berwenang agar melibatkan MUI sebagai tim dalam penanggulangan radikalisme, tapi posisi MUI bukan sebagai subordinat.
"Libatkan kami dalam pembahasan strategi penanggulangan. Sebab radikalisme itu berupa pemaksaan paham, bukan kejahatan biasa sehingga dalam penanganannya dibutuhkan tokoh agama. MUI perlu hadir dalam pembahasan strategi antisipasi, karena MUI punya kemampuan dalam menangkal paham sesat tersebut," tegasnya.
Menurut Darodji, dalam praktiknya selama ini MUI kurang dilibatkan dalam strategi mengantisipasi radikalisme dan teeorisme. Kecenderungannya aparat berwajib berjalan sendiri tanpa membutuhkan MUI.Padahal, peran MUI sangat vital unt memberikan pandangan kepada aparat dalam mengantisipasi dan menangkal paham tersebut. (Isi)