SEMARANG,KRJOGJA.com - Direktur Pascasarjana UIN Walisongo, Semarang, Prof Dr H Ahmad Rofiq, MAg mendukung upaya menjadikan kampus terbebas dari segala paham atau gerakan ekstrem kanan dan kiri. Kampus, harus menjadi pusat penguatan NKRI dan Pancasila, sekaligus miniatur kemajemukan, toleransi, cinta perdamaian sebagai keindahan dan kekhasanahan Indonesia.
Dalam wawancara dengan KRJOGJA.com, Kamis (13/4/2017), Prof Rofiq yang juga Ketua Komisi Pendidikan Masjid Agung Jawa Tengah menegaskan, kemajemukan itu khasanah laksana orkestra yang menggaungkan harmoni, keindahan, dan kesyahduan.
Dukungan tersebut terkait langkah UIN Walisongo, Semarang yang memelopori gerakan silaturrahim kebangsaan, dihadiri para profesor dan pimpinan perguruan tinggi negeri-swasta di Jateng. Hasilnya, setelah mencermati dinamika sosial-politik yang terjadi serta maraknya ideologi transnasional yang anti-NKRI dan Anti-Pancasila, pada 7 April 2017, UIN Walisongo mengeluarkan imbauan kepada para Dekan dan Direktur Pascasarjana.
Bunyi surat tersebut meminta para Dekan dan Direktur Pascasarjana agar menjunjung tinggi pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi dan mencegah masuknya paham antiNKRI dan antiPancasila di kalangan civitas akademika. Selain itu membina dosen dan pegawai agar setia menjaga NKRI dalam bingkai kebhinekaan. Semua dosen agar membina dan mendidik mahasiswa tentang cinta tanah air dan persatuan bangsa.
Kampus ini tak mengizinkan dosen, karyawan, dan mahasiswa terlibat organisasi untuk mengembangkan paham antiNKRI dan antiPancasila serta melarang penggunaan fasilitas kampus untuk kegiatan tersebut.
Menurut Prof Rofiq, sikap tegas UIN tersebut dinilai tepat dan strategis dalam upaya pencegahan dan antisipasi paham sekuler di kampus, agar tak ada ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Tak ada radikalisme agama dan tak ada radikalisme sekuler, yang akhir-akhir ini marak.(Isi)