KRjogja.com, SEMARANG - Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) menggelar Seminar Nasional ke-6 berbentuk webinar di kampus setempat, Rabu (18/10/2023).
Seminar yang dibuka Rektor Unimus Prof Dr Masrukhi MPd dan Kepala LP2M Prof Dr Purnomo MEng ini menampilkan dua pembicara yaitu Dr Sayono MKes (Epid) pakar epidemiologi dan bio psiko sosial yang juga Dejan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unimus serta Prof Dr Antuni Wiyarsi MSc (pakar pembelajaran socio scientific issue) yang juga dosen Universitas Negeri Yogyakarta.
Pada seminar nasional bertemakan "Membangun Tatanan Sosial di Era Revolusi Industri 4.0 dalam Menunjang Sustainable Development Goals (SDGs)" ini Dr Sayono menyoroti bagaimana tatanan hidup sehat dalam era sekarang (revolusi industri 4.0 menuju era society 5.0).
"Saya bayangkan betapa disparitas kondisi masyarakat Indonesia sehingga menghasilkan keruwetan tersendiri dalam menerapkan inovasi Inovasi teknologi ke dalam tatanan masyarakat. Di sisi lain kita punya generasi Z yang digadang gadang bisa menjadi motor penggerak untuk menuju Indonesia Emas. Tetapi di lapangan sekarang ini generasi Z kondisinya sangat memprihatinkan bagi generasi sebelumnya" ujar Dr Sayono.
Keprihatinan tersebut terutama di era pasca covid 19 dimana generasi Z sering disebut generasi rebahan. Mereka saat ini (pasca pandemi) belum hilang atau beranjak sebagai generasi rebahan dan justru menghawatirkan kondisinya karena mereka terpapar teknologi maju tetapi dalam menata diri secara pandangan kesehatan, mereka masih buruk.
"Sehingga ancaman penyakit digital dan penyakit fisik akan tinggi. Jangan sampai mereka yang digadang gadang jadi penggerak utama jadi masalah. Justru mereka sendiri menghadapi masalah yang sangat besar terkait dengan paparan teknologi. Bukan mereka menggunakan teknologi tetapi justru mereka terdampak Teknologi" ujar Dr Sayono.
Lebih lanjut menurut Dr Sayono, tugas yang tidak ringan bagi pemerintah maupun stakeholder lain untuk bagaimana bisa menempatkan teknologi canggih dengan kondisi ketimpangan sosial. Harus dicari upaya yang betul untuk bisa memasukkan teknologi cerdas ke dalam masyarakat dengan disparitas yang tinggi.
"Golongan masyarakat mulai yang dengan revolusi industri 1.0 dimana orang mengandalkan berburu, lalu era agraria, era industri, kemudian era informasi, disusul era cerdas. Sekarang saja masih banyak masyarakat yang agraris, sementara dunia sedang bergerak ke era cerdas. Penting untuk bisa membangun yang bisa rangkul sebuah golongan. Bagaimana mentargetkan hasil hasil era industri 4.0 ke masyarakat dengan tantangan disparitas tinggi dan itu tidak mudah" tandas Dr Sayono.
Ketua LP2M Prof Dr Purnomo MEng menyampaikan seminar diikuti sedikitnya 206 presenter dari 17 propinsi di Indonesia serta dari 54 institusi. Termasuk beberapa institusi besar di antaranya UGM, Undip, BRIN, Pengadilan NTT dan lain sebagainya. (Sgi)