Haul Abah Syeikh Jadi Tradisi Budaya, Pupuk Nasionalisme

Photo Author
- Rabu, 12 Februari 2025 | 22:05 WIB
Khaul ke-12 KH Muhammad Saiiful Anwar Zuhri Rosyid atau yang lebih dikenal Abah Syeikh, pimpinan Pondok Pesantren Az Zuhri Salafiyah Ketileng Semarang digelar Selasa (11/2/2025).
Khaul ke-12 KH Muhammad Saiiful Anwar Zuhri Rosyid atau yang lebih dikenal Abah Syeikh, pimpinan Pondok Pesantren Az Zuhri Salafiyah Ketileng Semarang digelar Selasa (11/2/2025).


KRjogja.com - SEMARANG - Khaul ke-12 KH Muhammad Saiiful Anwar Zuhri Rosyid atau yang lebih dikenal Abah Syeikh, pimpinan Pondok Pesantren Az Zuhri Salafiyah Ketileng Semarang digelar Selasa (11/2/2025) di Jalan Ketileng Raya Semarang.

Gus Luqman atau akrab dipanggil Guse putra Alm abah Syeikh media peliput, memyampaikan, melalui khaul ini harapannya bisa merekatkan semua elemen masyarakat dalam bingkai NKRI. Hal tersebut sesuai dengan pemikiran dan perjuangan Alm Abah Syeikh.

Abahnya, menurut Gus Luqman merupakan sosok yang semasa hidupnya banyak memberi kontribusi pada semangat kebangsaan. Beliau merupakan guru banyak pemimpin, tokoh bahkan kalangan di Indonesia.

Baca Juga: Distribusi Elpiji 3 Kg di DIY Terus Dipantau, Dipastikan Berjalan Lancar

Di kalangan kraton Yogyakarta, Abah Syeikh diberi nama kehormatan Kyai Bromo Sekti. Bahkan juga pernah mendapatkan hadiah berupa kereta dari kraton yang kini telah dimodifikasi dan diberi nama Nyai Puspito.

Haul yang digelar sehabis Maghrib kemarin dilanjutkan penggantian luwur. Prosesi ganti Luwur berbeda dengan prosesi yang pernah digelar sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Kali ini dilakukan dengan laku seni budaya yang dipimpin tokoh teater Semarang, mas Ton Lingkar.

Baca Juga: Sejarah Baru, ASLI Bergabung dengan KADIN dan Resmi Miliki LSP Binatu Indonesia Berlisensi BNSP

Kain Luwur kemudian dibawa dan diiring oleh penari sakral Jawa dan diiringi tembang-tembang macapat Jawa. Selain Luwur, ada pula 2 tombak dan beberapa keris pusaka milik Abah Syeikh yang dikirab. "Ini semata merupakan laku seni dan budaya. Karena kita semua memiliki akar budaya Jawa maka kita uri-uri agar nuansanya tetap terjaga dan bisa mengedukasi generasi muda,” ungkap Gus Luqman. (Cha)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Libur Nataru, PLN Siagakan 315 SPKLU di Jateng-DIY

Jumat, 19 Desember 2025 | 23:10 WIB

FEB Unimus Gelar Entrepreneurship Expo and Competition

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:30 WIB

HISPPI PNF Jawa Tengah Resmi Dikukuhkan

Jumat, 12 Desember 2025 | 16:10 WIB

Kasus HIV/AIDS di Salatiga 1.055 Kasus

Kamis, 11 Desember 2025 | 10:05 WIB
X