Untuk menekan masalah iklim diperlukan kesadaran diri sendiri dan kesadaran bersama. Di sinilah organisasi kemahasiswaan seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) mengambil peran penting.
Sesuai trilogi gerakannya (religiusitas, intelektualitas, dan humanitas) IMM hadir bukan hanya sebagai agen perubahan wacana, tetapi sebagai pelaku langsung dalam kerja-kerja sosial berbasis keilmuan dan empati.
Melalui Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa), IMM Asy-Syifa Universitas Muhammadiyah Semarang menggagas Program Kampung Iklim di Desa Purwosari, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.
Program yang diusung berfokus pada dua hal yaitu edukasi kampung iklim dan bank sampah. Warga diajak memahami hubungan antara sampah, drainase tersumbat, dan banjir rob.
Melalui Bank Sampah Digital yang dibangun, sampah tidak lagi dianggap limbah, tetapi sumber nilai ekonomi dan lingkungan. Juga mengembangkan website bernama PUSAKA (Purwosari Sadar Iklim dan Alam) sebagai media pelaporan, dokumentasi, dan literasi lingkungan yang bisa diakses warga secara langsung.
"Selain itu, kami membangun Taman Ketahanan Pangan, ruang terbuka hijau produktif yang memperkuat ketahanan pangan keluarga sekaligus menjaga daya serap air tanah. Edukasi dilakukan melalui media poster, video, modul A5, dan pelatihan langsung. Semua dilakukan bersama warga Purwosari, dari warga Purwosari dan kembali lagi untuk warga Purwosari" ujar Muhammad Asyrofi,
Anggota PPK Ormawa IMM Asy-Syifa
Universitas Muhammadiyah Semarang. (Sgi)