MIYAKOJIMA, Jepang — Suasana haru menyelimuti area lobi Seawood Hotel, Miyakojima, ketika tujuh mahasiswa Universitas Diponegoro (UNDIP) yang tengah menjalani magang di Jepang tak kuasa menahan air mata saat didatangi tim monitoring kampus (15–20 September 2025).
Mereka terkejut sekaligus bahagia melihat para dosen hadir langsung meninjau progres magang di tempat kerja.
Kunjungan monitoring dipimpin oleh Dekan Sekolah Vokasi UNDIP Prof. Dr. Ir. Budiyono, M.Si. dan Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Prof. Dr. Alamsyah, didampingi dosen Prodi Bahasa Jepang Sri Wahyu Istana Trahutami dan Budi Mulyadi.
“Saya tidak menyangka akan kehadiran Bapak dan Ibu dosen. Rasanya seperti bertemu orang tua,” ungkap salah satu mahasiswa dengan mata berkaca-kaca. Dalam momen pemotretan, beberapa mahasiswa bahkan refleks menutup wajah dengan tiga jari untuk menyeka air mata—potret kehangatan sekaligus kedekatan emosional mahasiswa dengan para pendidiknya.
Tujuh mahasiswa UNDIP yang magang di Seawood Hotel, Miyakojima:
Sekolah Vokasi: Ariessy Aprilia, Rachma Aprilia, dan Tasinta (Yasinta) Febrianti.
Fakultas Ilmu Budaya: Keisha Pranesti, Zlusda Amelia, Maria Claretha, dan Silvia Ivana.
Ketika ditanya bagaimana rasanya magang di Jepang, mereka kompak menjawab penuh bangga: “Rasanya seperti mimpi. Tidak terbayang sebelumnya bisa magang di Jepang.”
Soal tantangan, mereka menyebut ritme kerja yang keras dan disiplin yang ketat sebagai “sekolah” utama di dunia kerja Jepang.
“Di sini gajinya lumayan. Mumpung masih muda, kami ingin menabung sebanyak-banyaknya. Masih magang saja kisarannya sekitar Rp15–25 juta per bulan,” kata seorang peserta.
Salah satu momen membanggakan datang ketika mahasiswa dilibatkan berinovasi pada menu hotel.
“Saya diberi kesempatan menciptakan salah satu menu dan langsung disajikan untuk tamu. Saya sangat bangga. Ini membuka peluang bisnis kuliner ke depan,” ujar Tasinta (Yasinta) Febrianti.
Meski demikian, dinamika tetap ada.
“Ada juga teman yang merasa kurang betah—namanya anak-anak beragam. Umumnya karena beban kerja dan homesick,” tutur mereka.
Dekan Sekolah Vokasi UNDIP, Prof. Budiyono, menegaskan pentingnya mental “SIAP” sebagai bekal global: Sopan, Integritas, Adaptif, dan Pantang Menyerah. “Dengan sikap ini, kita akan nyaman bekerja di mana pun di seluruh dunia.”
Dekan FIB, Prof. Alamsyah, menambahkan bahwa bahasa dan budaya adalah kunci daya saing:
“Penguasaan bahasa dan pemahaman budaya kerja Jepang membuat mahasiswa UNDIP lebih percaya diri, cepat beradaptasi, dan dihargai oleh industri. Pengalaman setahun magang ini adalah jembatan emas menuju kesiapan karier global.”