Krjogja.com - NASA memprediksi bahwa manusia bisa tinggal di Bulan pada akhir dekade ini. Sikap optimisme ini ditunjukkan NASA setelah peluncuran roket Artemis I untuk eksplorasi luar angkasa.
Roket Artemis I diluncurkan oleh NASA dari Kennedy Space Center, Amerika Serikat pada 16 November 2022. NASA menyebut Artemis I sebagai roket terkuat di dunia yang dirancang untuk mengirim manusia ke angkasa luar.
Pada roket tersebut, NASA juga membawakan spacecraft Orion untuk membantu manusia agar bisa menjelajah Bulan. Orion juga bisa ditumpangi kru manusia.
Berdasarkan laporan BBC, Minggu (20/11/2022), Orion saat ini belum memiliki penumpang, tetapi mereka membawa "manikin" yang akan mengukur dampak penjelajahan pada tubuh manusia.
Pemimpin proyek Orion, Howard Hu, menjelaskan bahwa penjelajahan Bulan ini untuk mencari apakah ada air di kutub selatan Bulan.
"Kita akan mengirim orang-orang ke permukaan sana dan mereka akan hidup di permukaan tersebut dan melakukan sains," ujar Howard Hu.
Hal it penting diteliti untuk kemudian penjelajahan luar angkasa yang lebih jauh, yakni ke Mars.
"Itu akan menjadi sangat penting bagi kita untuk belajar sedikit lebih jauh dari orbit Bumi kita dan kemudian melakukan sebuah langkah besar ketika kita pergi ke Mars," jelas Howard Hu.
"Dan misi Artemis membuat kita bisa memiliki platform berkelanjutan dan sistem transportasi yang mengizinkan kita belajar bagaimana beroperasi di lingkungan deep space," pungkas pejabat NASA itu.
Nama Artemis dan Orion berasal dari tokoh mitologi Yunani. Artemis adalah dewi pemburu dan dewi bulan. Orion juga merupakan sosok pemburu legendaris.
Dewi Artemis merupakan saudari kembar dari Apollo. Nama Apollo digunakan menjadi nama program ketika manusia berhasil mencapai Bulan pada 1972.
Situs NASA menyebut misi Artemis I ini akan berlangsung selama 25 hari saja. Total jarak yang ditempuh mencapai 1,3 juta mil (2 juta kilometer).
Tinggi dari roket Artemis I adalah 322 kaki (98,1 meter). Total massa roket ketika berangkat (mass at liftoff) adalah 5,75 juta pon (2,6 juta kilogram).
Sementara, massa roket ketika melakukan thrust mencapai 8,8 juta pon (3,9 juta kilogram). Rocket Principles dari situs Massachusetts Institute of Technology (MIT) menjelaskan bahwa ketika berangkat, kekuatan roket dari mesin harus lebih berat dari massa roket.