INDONESIA terkenal sebagai negara dengan lumbung pangan terbesar di dunia. Bahkan, sudah mampu mencapai swasembada. Seiring perkembangan zaman tantangan ketahanan pangan dan peningkaran kualitas menjadi keharusan bagi suatu negara. Hal ini mampu dijawab oleh Badan Teknologi Nuklir Nasional ( BATAN) dengan sentuhan teknologi, tepatnya menghasilkan padi mutasi nuklir.
Kepala BATAN Anhar Riza Antariksawan mengatakan Pemuliaan mutasi tanaman alias mutation breeding menggunakan radiasi nuklir. Hasilnya, produk yang bibitnya diradiasi atau dimutasi mengalami peningkatan dari segi kualitas dan produktivitas dibandingkan bibit normal. "Kalau rata-rata produksi (padi) sekitar 5-6 ton per hektar sekali panen, maka bisa meningkat menjadi 10-11 ton per hektar sekali panen. Masa tunggu panennya juga terpangkas dari 120-130 hari tinggal 100-an hari," tuturnya.
Dia menjelaskan padi Hasil mutasi nuklir lebih gampang karena tahan hama dan rasanya ketika dimasak lebih enak. Dengan keunggulan tersebut, pendapatan petani bakal meningkat. Karena itu, pihaknya menilai penggunaan bibit unggul hasil mutasi nuklir sangat cocok diterapkan di tengah mulai terjadinya krisis lahan pertanian. Manfaat lainnya bisa meningkatkan ketahanan pangan masyarakat Indonesia dengan produktivitas meningkat dengan waktu panen singkat.
Melalui Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) BATAN berhasil memperbaiki varietas padi Rojolele
Pemuliaan tanaman dengan nuklir melalui fase radiasi nuklir yaitu sinar gamma. Radiasi tersebut menyasar DNA tanaman, lalu susunan kimia berubah akibat radiasi. Sehingga sasaran pada tanamana bisa memendekkan batang atau sebaliknya, memendekkan umur, meningkatkan produksi biji, kadar minyak dan lainnya.
Produktivitas dan keunggulan bibit disesuaikan dengan jenis tanaman. Misal, tanaman padi yang dibutuhkan adalah batang pendek agar tidak runduk dan umur yang pendek agar cepat panen.
Kepala PAIR, Totti Tjiptosumirat mengatakan keberhasilan ini merupakan komitmen BATAN dalam memanfaatkan teknologi nuklir untuk tujuan damai, khususnya di bidang pertanian. Selain itu, keberhasilan ini dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa pemanfaatan teknologi nuklir tidak hanya untuk senjata dan energi saja, melainkan dapat dimanfaatkan untuk berbagai bidang.
“Hasil perbaikan varietas padi lokal Rojolele ini merupakan suatu bukti komitmen BATAN dalam memanfaatkan teknik nuklir untuk kesejahteraan masyarakat. Selain itu, BATAN juga membuktikan bahwa teknologi nuklir bukan hanya dikenal sebagai pemusnah massal dan juga hanya energi nuklir, yang hingga saat ini banyak masyarakat yang mempunyai prersepsi negatif pada energi nuklir, namun teknologi nuklir dapat dimanfaatkan di bidang lain, seperti pangan,†kata Totti.
Untuk pemuliaan varietas tanaman padi nasional, ditekankan pada kualitas hasil, sedangkan untuk padi lokal penekanannya pada rasa yang tetap disukai oleh masyarakat setempat. Pengembangan varietas padi lokal telah dilakukan PAIR melalui kerja sama dengan berbagai pemerintah daerah seperti Kabupaten Kerinci, Musi Rawas, Klaten, Sijunjung, Solok, Tabanan, Buleleng, dan Landak.
“Hingga saat ini telah didapat berbagai galur mutan harapan di masing-masing daerah. Ada juga varietas yang sudah dilepas yakni varietas Rojolele SriNuk dan Rojolele SriNar dari Klaten, varietas Lampai Sirandah dari Sijunjung. Ada juga yang masih dalam proses evaluasi akhir galur mutan harapan dari kabupaten Musi Rawas dan Tabanan,†tambahnya.
Sesuai dengan Renstra BATAN, jelas Totti, PAIR juga didorong untuk mengembangkan penelitiannya di bidang pertanian pada tanaman kedalai yang berumur super genja, adaptif pada lahan marginal, dan kedelai hitam. Tak hanya itu, PAIR juga mengembangkan varietas tanaman serealia yaitu sorgum sebagai pengganti pangan, pakan ternak, dan menghasilkan bioetanol, serta tanaman hias yaitu tanaman krisan yang adptif di dataran rendah dan tahan penyakit karat.
Selain bidang pertanian, iptek nuklir juga banyak termanfaatkan di bidang industri, salah satunya adalah uji tak rusak yakni sebuah pengujian terhadap peralatan/fasilitas atau infrastruktur yang bertujuan untuk mengetahui adanya kerusakan tanpa harus menghentikan proses produksi yang sedang berjalan. Pengujian ini dikenal dengan istilah non destructed investigation (NDI).