Mereka bekerja dengan cara menyamar sebagai karyawan di sejumlah firma perdagangan milik Korut di luar negeri. Bahkan ada yang berhasil bekerja di perusahaan milik China ataupun perusahaan di Asia Tenggara lainnya.
Ahli Korea dari lembaga think tank Centre for Strategic and International Studies, James Lewis mengatakan, Pyongyang awalnya menggunakan peretasan sebagai espionase. Kemudian mereka gunakan untuk olok-olok Korea Selatan dan AS.
"Aksi mereka berubah setelah meretas Sony. Mereka menggunakan aktivitas peretasan untuk menambah pundi-pundi rezim," kata Lewis di Washington.
"Sejauh ini berhasil, jauh lebih baik daripada menyelundupkan narkoba," lanjutnya.
Departemen Pertahanan AS sendiri telah memperingatkan Kongres semenjak tahun lalu bahwa Korut memiliki tentara siber yang efektif dan mumpuni.
Senada dengan Korea Selatan yang juga sudah khawatir akan tentara siber Korut semenjak sistem kereta bawah tanah mereka diretas.
"Korut melakukan serangan siber melalui negara ketiga untuk menutupi asal serangan mereka," kata Ahn Chong-ghe, wakil menlu Korut.