KRjogja.com - Baru-baru ini CrowdStrike mengumumkan laporan tentang tren keamanan siber di tahun 2024, dengan memperlihatkan lonjakan signifikan.
Dalam temuan di Laporan Ancaman Global CrowdStrike 2024, perusahaan meng-highlight terjadinya lonjakan signifikan dalam kecepatan dan kecanggihan serangan siber.
Tak hanya itu, kini semakin banyak hacker atau pelaku kejahatan siber fokus pada eksploitasi infrastruktur cloud dan data identitas curian.
Mengutip laporan CrowdStrike, Rabu (28/2/2024), rata-rata waktu peretasan turun drastis dari 84 menit menjadi 62 menit, dengan kasus peretasan tercepat hanya 2 menit 7 detik.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Jogja Rabu 28 Februari 2024, Seluruh Wilayah Turun Hujan, BMKG Beri Himbauan
"Tahun 2023 menunjukkan modus operandi baru yang belum pernah terjadi sebelumnya, menargetkan berbagai sektor di seluruh dunia," kata Adam Meyers, Head of Counter Adversary Operations, CrowdStrike.
Kemampuan pelaku kejahatan siber di ranah cloud dan data identitas terus berkembang, dan mereka bereksperimen dengan teknologi baru seperti AI generatif untuk meningkatkan efektivitas dan kecepatan serangan.
Peningkatan juga terjadi dalam hal serangan siber "hands-on-keyboard", di mana kini mencapai sebesar 60 persen dengan penyalahgunaan data identitas curian.
Berhubung semakin banyak perusahaan mengadopsi work from anywhere (WFA) dan mengandalkan cloud, wajar bila hacker menargetkan layanan awan.
Baca Juga: Sediakan Layanan Lengkap Perbankan, BRI Dukung Keberhasilan Otorita Ibu Kota Nusantara
Terbukti, serangan cloud meningkat 75 persen dengan kasus "cloud-conscious" melonjak mencapai angka 110 persen.
Potensi penyalahgunaan AI generatif juga semakin marak terjadi, dengan tujuan untuk melemahkan pertahanan dan melancarkan serangan canggih.
Dengan terjadinya Pemilu di Indonesia dan Amerika Serikat pada tahun ini, banyak pelaku kejahatan manjadikan ini sebagai target utama mereka untuk menyebarkan misinformasi dan disinformasi.(*)