teknologi

Kenapa Tiupan Puting Beliung Rancaekek Kencang, Ini Penjelasan BRIN

Senin, 26 Februari 2024 | 14:50 WIB
Ilustrasi angin kencang (Freepik)

KRjogja.com - Rabu, 21 Februari 2024 ramai di media sosial berbagai video yang memperlihatkan pusaran angin besar yang merusak disertai dengan hujan di daerah Rancaekek, Bandung, Jawa Barat.

Bahkan, topik Rancaekek sempat menjadi trending topic di media sosial X karena banyaknya video yang memperlihatkan fenomena menakutkan tersebut.

Informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, fenomena itu terjadi sekitar pukul 15.30 hingga 16.00 WIB. Parahnya lagi, dampak angin kencang ini terasa hingga wilayah Jatinangor, Sumedang.

Bagaimana penjelasan ilmuwan dan peneliti mengenai hal ini? Peneliti Senior Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Didi Satiadi mengatakan, fenomena ini dianggap kejadian karena cuaca ekstrem.

Baca Juga: Dulu Berseteru, Moeldoko dan AHY Kini Satu Kabinet

"Fenomena yang terjadi di Rancaekek merupakan cuaca ekstrem yang memperlihatkan karakteristik puting beliung yang sangat kuat," kata Didi Setiadi, dikutip dari keterangan BRIN, Senin (26/2/2024).

Didi mengatakan, fenomena puting beliung Rancaekek yang sangat kuat itu ditandai dengan area terdampak yang luas hingga intensitas yang sangat kuat hingga menyebabkan bangunan rusak, kendaraan terguling, dan lainnya.

Dalam bahasa Inggris, istilah puting beliung dikenal sebagai microscale tornado atau tornado berskala kecil. Hal ini karena ukurannya yang lebih kecil dibandingkan tornado yang terjadi di daerah lintang menengah, seperti Amerika Serikat.

"Fenomena tornado menggambarkan suatu kolom udara yang berputar sangat cepat, mulai dari awan badai hingga mencapai permukaan tanah dan biasanya berbentuk seperti corong," kata Didi, memberikan penjelasan.

Berdasarkan analisis awal yang dilakukan BRIN, penyebab kejadian puting beliung di Rancaekek ini kemungkinan karena terjadinya konvergensi angin dan uap air di daratan sekitar wilayah tersebut pada sore hari. Selanjutnya, menyebabkan pertumbuhan awan cumulonimbus yang sangat cepat dan meluas.

Baca Juga: Siap-siap, 2.100 Lebih PNS Bujang Segera Tinggal di IKN

Proses pembentukan awan tersebut membebaskan panas laten yang selanjutnya meningkatkan updraft atau aliran udara ke atas.

Sebaliknya, updraft yang makin kuat menumbuhkan lebih banyak awan. Siklus umpan balik positif ini menyebabkan updraft menjadi makin kuat dan bisa berputar karena adanya windshear atau perbedaan arah dan kecepatan angin.

Kolom udara yang berputar kian kuat pun bisa mencapai permukaan tanah dan menghasilkan puting beliung.(*)

Tags

Terkini

Midea Luncurkan AC Celest Inverter Berteknologi AI

Selasa, 2 Desember 2025 | 19:22 WIB

Samsung Bespoke AI Wujudkan Hidup Sehat di Smart Home

Sabtu, 22 November 2025 | 09:00 WIB

Paparan Paham Radikalisme, Game Online Berbahaya?

Jumat, 21 November 2025 | 17:50 WIB