Krjogja.com - INDONESIA sebagai negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah, sangat potensial untuk pengembangan usaha agribisnis. Sehingga dapat berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian. Pembangunan sektor pertanian sangat penting dilakukan untuk menciptakan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani.
Tanaman pangan yang banyak diusahakan oleh rumah tangga petani adalah padi sebagai penghasil gabah/beras. Penelitian mengenai kualitas gabah di Indonesia masih sangat jarang. Maka dari itu, penting diketahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas gabah di Indonesia. Termasuk di Yogyakarta.
Berkaitan dengan upaya stabilisasi harga gabah di tingkat petani produsen, pemerintah menetapkan kebijakan jangka pendek berupa Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk mengatur mekanisme penetapan harga transaksi baik di tingkat petani maupun penggilingan.
Pada beberapa penelitian lain menyebutkan bahwa, HPP yang ditetapkan pemerintah digunakan untuk patokan pembelian gabah petani yang jatuh, meskipun harganya kurang menguntungkan petani karena dianggap tidak sesuai dengan kondisi saat ini. HPP yang digunakan tergantung pada kualitas gabah yang dijual oleh petani.
[crosslink_1]
Sementara itu, Komoditas gabah yang menghasilkan beras sebagai bahan makanan pokok penduduk Indonesia, menjadikan gabah sebagai komoditas strategis. Fluktuasi harga gabah atau beras akan mempengaruhi komoditas lain, sehingga memicu inflasi atau deflasi secara umum. Dengan melihat pentingnya komoditas gabah atau beras, maka dilakukan kegiatan survei harga produsen gabah yang dilaksanakan secara rutin setiap bulan oleh Badan Pusat Statistik.
Pemantauan harga produsen gabah secara rutin ini, bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai harga gabah ditingkat petani, jumlah observasi gabah, komponen mutu gabah hasil panen yang dijual oleh petani, dan harga gabah dibandingkan dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Hasil pemantauan ini diharapkan sebagai sistem peringatan dini (early warning system) bagi instansi pemerintah terkait untuk menentukan langkah antisipatif dalam rangka pengamanan harga gabah
Kualitas Gabah
Menurut Inpres No. 5 Tahun 2015, kriteria yang digunakan saat ini untuk menentukan kualitas gabah adalah kadar air dan kadar hampa/kotor gabah, sedangkan kualitas gabah di Indonesia ada tiga jenis, yaitu GKG (Gabah Kering Giling), GKP (Gabah Kering Panen), dan kualitas rendah.
Pada penelitian yang dilakukan Badan Pusat Statistik, pemodelan kualitas gabah di Indonesia untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas gabah. Beberapa faktor yang digunakan dalam penelitian ini mempertimbangkan faktor sesuai kriteria Inpres dan faktor lain di luar kriteria Inpres.
Dari hasil kajiannya tersebut, diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas gabah antara lain yaitu harga gabah tingkat petani, ongkos angkut ke penggilingan, ongkos lainnya, kadar air, dan kadar hampa/kotor gabah. Kemudian, untuk varietas gabah tidak berpengaruh terhadap kualitas gabah.
Menurutnya, penentuan kualitas gabah saat ini masih menggunakan kadar air dan kadar hampa/kotor saja, sehingga perlu juga dipertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kualitas gabah, agar keputusan/kebijakan yang dihasilkan lebih tepat. Adapun varietas gabah yang dijual petani DIY terbanyak adalah IR-64 sebanyak 21 observasi, Inpari sebanyak 10 observasi, Ciherang sebanyak 9 observasi, IR-32, Mekongga, dan Mentik Wangi masing-masing sebanyak 3 observasi, dan Situ Bagendit sebanyak 1 observasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi DIY mencatat harga produsen gabah di tingkat petani Daerah Istimewa Yogyakarta pada Februari 2023 sebesar Rp 5.714,00 naik 2,37 persen dibanding bulan sebelumnya sebesar Rp 5.581,82. Di tingkat penggilingan juga naik 2,37 persen yaitu dari Rp 5.650,00 menjadi Rp 5.784,00 per kg di bulan Februari 2023.
Kepala BPS DIY Sugeng Arianto Msi menjelaskan hjarga gabah tertinggi di tingkat petani pada gabah kualitas GKG senilai Rp 6.600,- per kg dengan varietas Mentik Wangi di Kabupaten Sleman. Sedangkan gabah kualitas GKP senilai Rp 6.500,- per kg dengan varietas Ciherang terdapat di Kabupaten Kulon Progo. Harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp 4.600,- per kg pada gabah kualitas GKP dengan varietas Ciherang dan IR-64 terdapat di Kabupaten Kulon Progo. (*)