Krjogja.com - Antrian panjang mewarnai sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di DIY khususnya BBM jenis Pertalite terutama pada jam-jam padat pasca kenaikan harga BBM awal September 2022 lalu. Meski terjadi antrian, namun PT Pertamina Patra Niaga DIY dan Jawa Tengah menyatakan konsumsi Pertalite dan Solar turun signifikan, sedangkan Pertamax Turbo justru mengalami lonjakan signifikan di DIY dalam rentang 4 September hingga 15 September 2022 dibanding 23 Agustus hingga 3 September 2022 atau sebelum kenaikan harga BBM.
"Dari data yang masuk dalam rentang waktu tersebut di wilayah DIY, Pertalite turun 14% dari 1.671 kiloliter per hari menjadi 1.431 kiloliter per hari dan Solar turun 19% dari 464 kiloliter per hari menjadi 377 kiloliter per hari. Sebaliknya Pertamax Turbo naik 53% dan Dexlite naik 9% pada periode tersebut," ujar Area Manager Communication, Relation & CSR PT Pertamina Patra Niaga Jawa Tengah dan DIY Brasto Galih Nugroho saat dihubungi, Rabu (21/9/2022).
Brasto mengatakan penurunan konsumsi BBM penugasan dan subsidi tersebut terjadi pasca keduanya mengalami kenaikan harga dan tampaknya konsumen mulai sadar lalu beralih menggunakan BBM non subsidi. Adanya peralihan konsumsi ke Pertamax Turbo mengingat harga Pertamax Turbo hanya terpaut Rp 1700 per liter dibandingkan Pertamax saat ini.
Terkait antrian yang masih terjadi d sejumlah SPBU di DIY, Brasto menilai antrian masih dalam kondisi wajar dan normal. Pada jam tertentu memang ada peningkatan konsumsi BBM di SPBU. " Kami mengucapkan terima kasih kepada konsumen yang mengantri dengan tertib. Adapun red carpet atau jalur cepat tersedia bagi konsumen BBM non subsidi. Jadi kami menghimbau konsumen yang mampu agar dapat membeli BBM non subsidi," tandasnya.
Terpisah, Pemilik SPBU di Kawasan Kota Yogyakarta, Siswanto mengakui masih terjadi antrian panjang di SPBU-nya dan beberapa SPBU lainnya khususnya untuk pembelian Pertalite di jalur sepeda motor. Jika sampai terjadi antrian panjang, seharusnya konsumsi Pertalite mengalami kenaikan saat ini.
" Antrian ini dimungkinkan adanya migrasi dari konsumen pengguna Pertamax beralih ke Pertalite karena disparitas harganya, terutama kendaraan roda dua. Namun secara umum ada kemungkinan terjadi penurunan konsumsi sesuai data Pertamina. Hal tersebut karena kebijakan pendataan BBM Penugasan dan Subsidi di website MyPertamina jadi masyarakat mulai beralih mengkonsumsi BBM nonsubsidi, buktinya konsumsi Pertamax Turbo dan Dexlite meningkat," terangnya.
Siswanto menyatakan kemampuan penjualan BBM di masing-masing SPBU berbeda-beda. Termasuk kebijakan pembatasan atau penambahan nozzle Pertalite apabila terjadi antrian panjang. Semuanya tergantung kebijakan dan kemampuan SPBU.
"Yang jelas tidak ada pembatasan pembelian BBM Penugasan dan Subsidi di SPBU yang ada di DIY sejauh ini. Untuk penambahan nozzle Pertalite juga sepenuhnya menjadi kewenangan dari SPBU yang bersangkutan. Pasokan BBM baik subsidi maupun non subsidi di DIY lancar dan aman, bahkan Pertamina meminta jangan sampai SPBU ada kosong," pungkas Mantan Ketua Hiswana Migas DIY tersebut. (Ira)