YOGYA, KRJOGJA.com - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dan nonsubsidi dipastikan mempengaruhi kelangsungan bisnis transportasi berbasis angkutan darat. Sebagai imbas penyesuaian harga BBM, maka tarif angkutan darat di DIY dapat naik bervariasi antara 18% sampai 22% bergantung jenis angkutannya.
"Kami sudah pasrah dan tidak bisa menawar dengan kenaikan harga BBM tersebut, sehingga kami melakukan penyesuaian tarif angkutan dari. Kenaikan tarifnya antara 18 % hingga 22% karena kenaikan BBM-nya sudah 32%. Padahal sebelum kenaikan BBM, sudah ada kenaikan harga di komponen-komponen lain seperti sparepart, karoseri, oli dan sebagainya," ujar Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Organisasi Angkutan Darat (Organda) DIY V Hantoro di Yogyakarta, Senin (05/09/2022).
Hantoro menyampaikan kenaikan harga BBM sudah menjadi hukum sebab akibat bagi kenaikan tarif angkutan darat dan bisa diterima oleh masyarakat. Kecuali kenaikan tarif tersebut jika disebabkan kenaikan harga sparepart dan komponen lainnya tidak mudah diterima pengguna jasa angkutan darat. Akibat kenaikan komponen kendaraan ini, pihaknya tidak berdaya menaikan tarif angkutan darat yang setidaknya mencapai kisaran 10% hingga 15%.
"Dengan kenaikan harga BBM ini, otomatis kami bisa melakukan penyesuaian tarif setelah sebelumnya tidak bisa menaikkan tarif pasca kenaikan harga komponen kendaran. Kita sudah sampaikan ke beberapa teman bisa melakukan penyesuaian tarif angkutan kurang lebih di angka 18% hingga 22 % sebagai patokan. Sedangkan untuk taksi kendalanya harus merubah argo tetapi praktiknya di lapangan tetap dilakukan penyesuaian, karena sudah logis ini," jelasnya.
Pemilik PO GeGe Transport ini menyatakan kenaikan tarif angkutan darat kelas ekonomi harus disampaikan kepada Dinas Perhubungan (Dishub) setempat seperti Angkutan Perkotaan dan AKDP. Sedangkan angkutan darat yang pelayanan eksklusif, harganya tergantung operator masing-masing. Disamping itu, angkutan pariwisata juga negosiabel tetapi tetap ada patokan harganya.
"Kami tidak masalah harga BBM naik, cuma jangan mendadak saja supaya kami bisa melakukan kesiapan penyesuaian. Jika mendadak kita jadi kerepotan sekarang apalagi kini jumlah penumpang atau load factor sudah berangsur pulih, khususnya untuk AKAP," tandasnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DIY GKR Mangkubumi mengakui semua pihak dalam kondisi sama-sama kesulitan saat ini. Jika pemerintah menaikkan harga BBM karena Negara sudah tidak mampu menanggung beban subsidi. Kenaikan harga BBM ini dampaknya sangatlah luas dari lapisan masyarakat hingga pengusaha sehingga dibutuhkan konsolidasi.
"Belum lagi masih lemahnya daya beli masyarakat karena semuanya memang sulit. Mudah-mudahan daya beli cepat pulih utamanya pengusaha dan perbankan bisa bersinergi dengan baik supaya roda dunia usaha dan industri bisa tetap berjalan," imbuh Putri Sulung Raja Kraton Yogyakarta ini. (Ira)