Program Vokasi Berorientasi Permintaan, Tingkatkan Daya Saing Perusahaan

Photo Author
- Senin, 5 September 2022 | 15:32 WIB
Pembukaan Pelatihan Analisis Biaya dan Manfaat dalam Pendidikan dan Pelatihan Vokasi bagi 12 perusahaan besar di DIY. (Foto : Fira Nurfiani)
Pembukaan Pelatihan Analisis Biaya dan Manfaat dalam Pendidikan dan Pelatihan Vokasi bagi 12 perusahaan besar di DIY. (Foto : Fira Nurfiani)

YOGYA, KRJOGJA.com - Program vokasi melalui pemagangan sangatlah penting dan memberikan benefit lebih bagi sebuah perusahaan, seperti ibarat membeli kucing dalam karung karena yang direkrut tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sistem vokasi di Indonesia sendiri telah berorientasi ke permintaan karena dengan sumber daya manusia (SDM) yang bagus otomatis akan mempengaruhi peningkatan daya saing sebuah perusahaan nantinya. Dalam hal ini, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) baik pusat dan daerah menjadi ujung tombak pelaksanaan program vokasi.

Senior Advisor SED-TVET Project GIZ Indonesia Rudy Djumali mengatakan ada dual system di Jerman berupa pendidikan sistem ganda dimana siswa/mahasiswa vokasi belajar di dua tempat yang berbeda kultur yaitu di sekolah dan perusahaan. Jika di sekolah hanya satu per satu kompetensi diberikan, sedangkan di perusahaan sudah kompleks lalu diaplikasikan menjadi satu sehingga anak itu belajarnya harus betul-betul di sekolah dan perusahaan seperti di Jerman sehingga perusahaannya bisa berkembang.

" Namanya adalah praktek pemagangan di Indonesia yang artinya belajar di dua tempat di sekolah dan industri. Hanya hal ini tidak atau belum banyak diaplikasikan. Dengan adanya Perpres, sistem vokasi Indonesia berubah orientasinya dari supply menjadi demand atau berorientasi pada permintaan," ujarnya usai pembukaan Pelatihan Analisis Biaya dan Manfaat dalam Pendidikan dan Pelatihan Vokasi yang dibuka perwakilan Kadin Indonesia dan Kadin DIY di Yogyakarta, Senin (05/09/2022).

Rudy mengungkapkan apabila sekarang banyak keluhan bahwa lulusannya tidak sesuai kebutuhan industri, maka dengan adanya program vokasi akan berubah sesuai orientasi demand. Dengan demikian kebutuhan industri akan seperti yang diluluskan dalam program vokasi. Peran dunia industri alias Kadin sangat kuat karena diberikan kewenangan ikut membuat kebijakan di vokasi. Pemagangan ini masih dianggap membebani perusahaan, padahal justru memberikan manfaat lebih besar bagi perusahaan.

"Anak magang di Jerman malah sudah digaji sekitar 40-60 persen dari gaji pegawainya, sedangkan di Indonesia masih UMR atau malah uang saku. Dengan adanya pelatihan ini bisa dihitung biaya yang dikeluarkan tetapi manfaatnya lebih besar dalam nilai nominal maupun jangka panjangnya. Investasi yang salah adalah jika mendapatkan tenaga kerja yang tidak sesuai kebutuhan perusahaan. Nah, supaya pasti sesuai ya melalui program vokasi ini," ungkapnya.

Komite Tetap Pembinaan dan Pengembangan Kesekretariatan Kadin DIY Tim Apriyanto menyatakan Kadin DIY sendiri melalui Tim Vokasi di bawah bidang SDM tengah menggalakan agar dunia industri terlibat dengan program vokasi. Jumlah perusahaan di DIY yang berskala besar hanya 2 persen, 98 persen merupakan UMKM. Sedangkan anggota Kadin DIY sekitar 300-an perusahaan. Untuk itu, pihaknya mendorong semua pelaku usaha termasuk pelaku UMKM menjadi anggota Kadin DIY dengan diberikan kemudahan. Targetnya bisa mencapai 1.000 bahkan 5.000 anggota nantinya.

"Kami pun tengah fokus melakukan revitalisasi program vokasi di DIY guna mengakselerasi peningkatan SDM industri karena Kadin memiliki posisi strategis. Jika ada tim koordinasi nasional vokasi maka akan dibentuk tim koordinasi daerah vokasi. Kadin akan mendorong supaya muncul tim koordinasi vokasi daerah," terangnya

Komite Tetap Pelatihan Vokasional Rommy Heryanto menambahkan bidang SDM, Vokasi dan Ketenagakerjaan Kadin DIY sendiri sudah punya 96 Pelatih Tempat Kerja dan sekitar 200 perusahaan yang telah mengikuti program pemagangan. Karen setiap angkatan Pelatih Tempat Kerja langsung kembali ke perusahaannya untuk menerapkan pola-pola pemagangan seperti di pelatihan.

"Kerjasama pola pemagangan kita dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DIY yang mempunyai program pemagangan dalam negeri. Kadin DIY masuk sebagai mentor atau pendamping pemagangan tersebut. Kita pun memilih perusahaan yang bisa menjadi piloting program pemagangan kerjasama dengan GIZ Indonesia. Jadi Kadin berusaha menarik perusahaan-perusahaan agar ikut program pelatihan dan pendidikan vokasi. Kata kuncinya kita melatih para pendamping tempat kerja," imbuhnya. (Ira)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X