SLEMAN, KRJOGJA.com - DIY menjadi tuan rumah ‘The 1st G20 Health Minister Meeting and The 1st G20 Joint Finance and Health Ministerial Meeting, 20-21 Juni 2022. 80 delegasi negara hadir dalam pertemuan yang dipusatkan di Hotel Marriot Yogyakarta tersebut.
Pembukaan konferensi dilaksanakan langsung oleh Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, juga dua perwakilan dari Italia dan India yang hadir secara daring. Budi Gunadi mengungkap ada setidaknya tiga agenda kesehatan global yang dibahas dalam forum tersebut yakni memperkuat ketahanan sistem kesehatan global, menyelaraskan standar protokol kesehatan global dan memperluas pusat manufaktur dan penelitian global untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi (PPR).
“Saat ini, kami telah menyelesaikan dua pertemuan Kelompok Kerja Kesehatan untuk membahas “Harmonisasi Standar Protokol Kesehatan Global†dan “Penguatan Ketahanan Sistem Kesehatan Globalâ€. Pada bulan Agustus, kami akan mengadakan Kelompok Kerja Kesehatan ketiga untuk membahas “Memperluas pusat manufaktur dan penelitian global untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan tanggapan pandemiâ€. Hasil akhir dari pertemuan ini diharapkan keluar dalam jangka waktu yang ditentukan. Kami juga telah mengadakan acara sampingan G20 tentang TB dan One Health secara berurutan dengan Pokja Kesehatan 1 dan 2, sedangkan acara sampingan Resistensi Antimikroba terakhir akan diadakan pada bulan Agustus dengan Kelompok Kerja Kesehatan ketiga di Bali,†terang Menkes.
Sementara, Juru Bicara G20 Kementrian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, menambahkan ada salah satu isu penting yang dibahas selain pandemi Covid-19 yakni pengentasan penyakit Tuberculosis dunia pada 2030. Hal tersebut menjadi perhatian karena selama dua tahun pandemi, TB menjadi sedikit terabaikan dan bahkan WHO mengatakan target pada 2030 kemungkinan akan meleset bila tidak ada akselerasi.
“WHO sendiri mengatakan target dunia Tuberculosis usai 2030 agak terlambat bila kita tidak akselerasi. Kami kembali tekankan komitmen global terkait TB dan pendanaan global sudah ada. Komitmen ini harus terus dilakukan, untuk memastikan dunia bebas TB 2030 dan 2050. Indonesia mendorong bagaimana kita mengakses untuk diagnosa TB dan memperkuat pengobatan untuk pencegahan,†tandasnya.
Indonesia menurut Nadia terus melakukan berbagai upaya internal seperti menggelar screening 14 penyakit, salah satunya Tuberculosis. Dua daerah sudah melaksanakan yakni DIY dan Sumatera Utara, menyusul daerah-daerah lain di seluruh Indonesia.
“Kita lakukan screening, ada 14 penyakit yang kita screening awal termasuk Tuberculosis. Kita akan maksimalkan deteksi ini sebelum ada gejala. Indonesia juga maksimalkan obat yang diproduksi di Indonesia untuk mendapat sertifikasi dari WHO,†ungkapnya lagi.
Selain itu, isu terkait Zoonotic desease yang berasal dari hewan juga mendapat perhatian dalam diskusi G20 kali ini. Penyakit-penyakit seperti flu burung berpeluang menjadikan dunia mengalami pandemi yang harus dicegah bersama seluruh negara dunia.
“Flu burung juga menjadi perhatian, penularan dari hewan ke manusia ini jadi perhatian. Ada unggas liar dan ternak menyebabkan H5N1, setelah pandemi ini kita memperkuat one health. Bagaimana kesehatan satwa liar, hewan ternak dan manusia. Outputnya kita bisa mengeluarkan komitmen dalam bentuk join policy statement untuk one health. Indonesia adalah ketua salah satu Asian pancakage zoonotic asia package,†pungkas Nadia. (Fxh)