Penting, Pendidikan Nasionalisme Bagi Pelajar

Photo Author
- Senin, 28 Februari 2022 | 10:30 WIB
Ki Priyo Dwiarso.
Ki Priyo Dwiarso.

YOGYA, KRJogja.com - Di tengah kemajuan IT yang sangat pesat, generasi muda perlu dibentengi dengan pendidikan nasionalisme. Pendidikan baik di lakukan oleh keluarga, lembaga Pendidikan (sekolah) maupun masyarakat luas.

Tokoh Pendidikan Ki Priyo Dwiarso mengungkapkan, kendidikan keluarga merupakan yang pertama dan utama Tri Pusat bagi sang anak yang dengan asih asah asuh tanpa pamrih mendidik sang anak melalui bimbingan dan keteladanan. “Di sinilah sang anak merasa tenteram dan merdeka membina dasar karakternya. Keteladanan dalam mendidik sang anak dengan peri laku yang sesuai dengan kelima sila Pancasila,” kata Ki Priyo Dwiarso dalam dialog interaktif Kerjasama RRI dan Pengda Kagama DIY, Senin (28/2/2022).

Sedang sekolah, kata anggota Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, merupakan tempat orangtua menitipkan anaknya untuk dididik bidang keilmuan agar nantinya dalam karier dan karyanya bisa memberikan amal yang ilmiyah sesuai tugas kewajibannya.

Menurut Priyo, selain pemberian mapel Sejarah Indonesia dan PKN, pada setiap mapel perlu diuraikan keterkaitan ilmu yang diajarkan dengan Sila Pancasila. Dicontohkan, dalam mapel PKN bisa ditambah dengan permainan atau simulasi tentang kesadaran berbangsa dan bernegara.

“Misalnya setiap hari Sabtu kepada semua siswa dibagikan kartu kecil, untuk dikumpulkan hari Senin dengan catatan uraian singkat tentang kegiatan siswa dalam semingu lalu yang ada hubungannya dengan salah satu sila Pancasila. Misal “hari Jumat saya ikut salat di masjid kampung” (sila ke 1) atau “Rabu sore saya membantu pemilihan Ketua RW di balai RW” (sila ke4),” paparnya.

“Selain itu juga ada Pendidikan masyarakat, yaitu kegiatan atau keaktifan siswa di luar rumah dan di luar sekolah, yaitu di lingkungan alam pemuda. Sang anak banyak belajar bergaul dengan sesama pemuda, berdasarkan karakter yang dibina dalam keluarga mengamalkan ilmu yang telah didapat di sekolah. Kadang terjadi “try and error” tidak masalah, karena dari kesalahan banyak didapatkan pengalaman berharga sehingga terjadi “learning by doing”. Peran orangtua utamanya sangat dibutuhkan dalam memonitor dan mengarahkan bidang kegiatan sang anak, mengingat kini banyak juga kegiatan anak muda yang destruktif tidak produktif bisa juga lewat medsos,” paparnya.

Ditambahkan, dengan kemajuan IT yang sangat pesat, kini para kawula muda bisa belajar apapun, siapapun dan dari laman manapun. “Menjadi kewajiban guru pengajar dan segenap orangtua untuk ikut mengawal generasi muda agar segala informasi global itu bisa menjadi materi Pendidikan yang memberi “konsumsi jiwa yang positif” bagi anak cucu kita,” tambahnya. (Fie)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X