YOGYA, KRJOGJA.com - Indonesia berpeluang menjadi negara dengan kekuatan ekonomi syariah terbesar di dunia. Berdasarkan Islamic Finance Country Index (IFCI) 2021 yang dirilis oleh Cambridge IFA pada 29 Oktober 2021, Indonesia menempati peringkat pertama disusul Arab Saudi, Malaysia, Iran, Pakistan, Brunei Darussalam, Bangladesh, UEA, dan Kuwait. Selain itu, Laporan Perkembangan Keuangan Syariah Indonesia 2020 dari OJK menyebutkan nilai outstanding sukuk negara mencapai Rp 971,50 triliun, meningkat 31,17% dibandingkan tahun sebelumnya.
"Kita patut mensyukuri pencapaian Indonesia sebagai negara dengan peringkat pertama indeks keuangan syariah dunia, meski masih dalam masa pemulihan akibat pandemi. Sektor keuangan syariah terbukti memiliki ketahanan yang baik," terang Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr Afdawaiza dalam acara pembukaan 'The 9th ASEAN Universities International Converence on Islamic Finance (AICIF) 2021' di Ballroom Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Rabu (17/11/2021).
Forum berlangsung secara hybrid selama tiga hari hingga 19 November diikuti akademisi dan praksti ekonomi syari’ah se-ASEAN
Konferensi se-ASEAN ini diselenggarakan oleh FEBI UIN Suka mengangkat tema 'Penguatan ekonomi Islam dan Industri Halal Menuju Pemulihan Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan di Tengah Era Pandemic'.
Konferensi menghadirkan keynote-speaker Wakil Presiden RI Prof Dr (HC) KH Ma'ruf Amin, Menteri Keuangan Sri Mulyani SE MSc PhD, Menteri BUMN Eric Thohir BA MBA dan juga para pembicara antara lain Dr Muhammad Aqil Irham (Kepala Badan Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal), Ita Rulina (Direktur Keuangan Syariah Bank Indonesia).
Ma'ruf Amin secara daring mengatakan, Pemerintah Indonesia secara serius mendorong majunya ekonomi dan keuangan syariah untuk mendukung pemulihan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan.
Menurutnya, kontribusi pemulihan ekonomi dari sektor perbankan syariah salah satunya melalui penguatan Bank Syariah Indonesia sebagai hasil penggabungan dari tiga Bank Syariah Himbara. Penggabungan tersebut diharapkan mampu menjadi pilar penting pengembangan industri halal dan usaha syariah, disamping agar dapat bersaing di tingkat global.
Sri Mulyani yang juga menyampaikan paparannya secara daring optimis Indonesia akan bangkit kembali ekonominya, didukung dan didorong oleh UMKM dan juga kemampuannya untuk memberikan keyakinan pada konsumen dalam negeri maupun luar negeri dalam memproduksi produk-produk halal yang diharapkan menjadi yang terbesar di dunia dan mampu menembus pasar dunia.
"Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha dan peneliti (lembaga akademis)," ujarnya.
Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Phil Al Makin mengatakan, halal adalah peluang yang sangat cemerlang untuk negara Indonesia. Namun halal bukanlah sesuatu hal yang sederhana. Label halal membutuhkan waktu, kolaborasi, dan pertimbangan.
Untuk menentukan halal dan tidaknya suatu hal, Pemerintah Indonesia bersama dengan Majelis Ulama Indonesia bekerja sama dengan para kimiawan, kedokteran dan ahli farmasi.
"Diskusi-diskusi pada konferensi kali ini akan membangkitkan gairah penelitian, kolaborasi antar universitas di tingkat global," katanya. (Dev)