Wahid Foundation Serukan Toleransi Melalui Program Desa Damai

Photo Author
- Selasa, 21 September 2021 | 21:37 WIB

YOGYA, KRJOGJA.com- Intoleran yang terjadi di suatu desa atau wilayah tertentu menimbulkan konflik yang berujung pada perpecahan dan menjadikan keresahan tersendiri bagi masyarakat dan negara. Hal inilah yang kemudian menginisiasi Wahid Foundation untuk membentuk “Desa Damai” di Indonesia yaitu suatu program guna menciptakan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan terhadap nilai-nilai toleransi keberagaman dan perdamaian.

Pilot project Desa Damai ini sudah berlangsung sejak 2016 yang diterapkan di Sembilan desa dan kelurahan yang tersebar di tiga provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sembilan desa tersebut antara lain Desa Nglinggi dan Desa Gemblegan Klaten Jawa Tengah, Desa Guluk-guluk dan Desa Prancak Sumenep, Jawa Timur.

Dijelaskan oleh Direktur Eksekutif Wahid Foundation Mujtaba Hamdi kepada KRJogja.com pada saat mentoring di Swissbell Hotel Yogyakarta (21/9) bahwa kegiatan mentoring Inisiasi Desa Damai ini merupakan bagian dari rangkaian program Gus Dur School for peace (GDSP). Selain pengetahuan, salah satu materi yang diberikan GDSP adalah mendorong adanya transformasi atau perubahan.

Program Inisiasi Desa Damai ini merupakan tahap dari transformasi. Peserta yang diundang dalam acara inipun yang sudah pernah terlibat dalam kegiatan GDSP sebelumnya. Dan diharapkan nantinya mereka akan memperluas inisiatif Wahid Foundation dengan program Desa Damai di wilayah mereka.

“Dasar kita untuk mengadakan program ini adalah dilihat secara garis besar kita cenderung merespon isu intoleransi dan radikalisme secara reaktif, oleh karena itu kita ingin membangun komunitas yang resilience punya daya tahan. Mereka punya kemampuan untuk menilai sendiri dan kemampuan untuk bertahan dari segala gempuran narasi intoleransi,” jelas Mujtaba Hamdi.

Mujtaba juga menambahkan dengan mereka aktif di komunitasnya bisa menumbuhkan hubungan antar perbedaan yang makin kuat, sehingga apabila timbul gempuran ideologi yang masuk mereka sudah mempunyai kemampuan untuk menyaring dan meng-counter nya dan ini sifatnya jangka panjang.

Untuk mensukseskan program Desa Damai, Wahid Foundation menggandeng aktor-aktor perempuan di daerahnya. Aktor perempuan tersebut dianggap mumpuni untuk menangani berbagai masalah humanitas misal masalah berbasis gender, terlibat aktif di perencanaan aksi desa dan perdamaian di desa-desa.

Selain aktor perempuan program ini juga menggandeng aktor anak muda, “Tidak bisa dipungkiri saat ini kita hidup di era digital, dengan memberikan mereka kekuatan kapasitas, mereka akan membuat kampanye lokal, video dan lainnya. Hal ini tentu saja akan menambah semangat para aktor di desa atau wilayah tersebut,”tambahnya.

“Dengan adanya program Desa Damai ini kita ingin masyarakat punya daya tahan, agar tidak mudah tertarik oleh berbagai usaha kelompok untuk menanamkan ideologi kekerasan. Dan kegiatan ini tidak hanya berkembang di Wahid Foundation saja namun berkembang di pemerintah dan komunitas agar mempunyai kekuatan untuk menghalau dan mempunyai sistem yang menopang ketimpangan di masyarakat tersebut, semoga kegiatan ini bisa menjadi inspirasi bagi lainnya,” tutup Mujtaba Hamdi. (Kn)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X