YOGYA, KRJOGJA.com - Kepala BPPTKG, Hanik Humaida menyampaikan pihaknya menerima informasi perihal adanya kegiatan penambangan pasir di kawasan 4 kilometer dari puncak Merapi. Padahal, rekomendasi zona bahaya sudah ditetapkan mencapai jarak 5 kilometer.
Kepada wartawan dalam sesi penjelasan daring, Jumat (13/8/2021), Hanik menyampaikan perihal penambang pasir memang berada di luar kewenangan BPPTKG. “Penambang pasir sebenarnya bukan bagian BPPTKG tapi kami dapat informasi penambang masih ada di daerah 4 kilometer,†ungkap Hanik.
BPPTKG menurut dia hanya bisa memberikan himbauan zona bahaya ketika terjadi erupsi Merapi. Untuk wilayah DIY, potensi bahaya mengarah ke barat daya dan tenggara seperti Kali Kuning, Boyong, Bedog, Bebeng dan Gendol.
“Simulasi yang kami lakukan, kalau volume 3 juta meter3 itu runtuh maka akan sampai 5 kilometer. Material yang longsor akan meluncur sejauh itu. Saat ini energinya memang sejak April mengalami kenaikan aktivitas, lalu setelah 7 Agustus mulai penurunan, sudah masuk fase efusi atau keluarnya magma ke permukaan,†tandas Hanik lagi.
Sementara, terkait potensi lahar dingin di sungai-sungai berhulu di Merapi, Hanik menjelaskan bahwa hingga 21 April lalu material masih tertampung di alur sungai. BPPTKG memprediksi lahar dingin belum akan sampai di pemukiman warga.
“Alur sungai masih menampung. Sampai saat ini potensi lahar belum sampai pemukiman. Kemarin sudah ada namun masih di dalam alur sungai tersebut,†lanjut dia.
Saat ini sejak Juli, luncuran awan panas maupun lava pijar diketahui mengalami perubahan dari sebelumnya ke hulu Boyong ke arah hulu Bebeng. BPPTKG juga mengingatkan bahwa saat ini bahaya dari erupsi Merapi adalah abu vulkanik yang bisa terbang terbawa angin.
“Rekomendasi masih sama, namun karena awan panas muncul akan menimbulkan abu vulkanik. Dampaknya bisa ke pernafasan yang harus kita waspadai dan antisipasi. Sekarang kondisi pandemi di mana-mana harus gunakan masker, ini sebagai antisipasi pula ketika terjadi hujan abu vulkanik,†pungkas dia. (Fxh)