YOGYA, KRJOGJA.com - Beberapa bulan ini, Yogyakarta begitu sepi pelancong akibat merebaknya kasus Covid-19 yang berpengaruh pada kebijakan mobilitas masyarakat. Hal ini berdampak sangat signifikan bagi pariwisata Yogyakarta, termasuk seluruh ekosistem di dalamnya.
Produsen oleh-oleh bakpia, yang jadi salah satu khas Yogyakarta turut terdampak. Omset UMKM bakpia turun drastis hingga nenyentuh 90 persen di masa pandemi ini.
Namun, nyatanya kondisi tak mengenakkan ini tidak membuat para pengrajin yang seluruhnya warga Yogyakarta tak patah arang. Salah satu produsen, Miftakhul Janah (36), pemilik Bakpia Zahrae misalnya, berani berkreasi di tengah kelesuan dengan membuat bakpia kaleng.
Miftakhul menceritakan ide membuat bakpia kaleng sebenarnya sudah muncul sejak 2019 lalu, setahun sebelum pandemi. Kala itu, pembeli langganan turis dari Belanda memberikan masukan agar dibuatkan kemasan bakpia yang bisa dibawa perjalanan jauh dan tetap sedap dinikmati.
“Tahun 2019 bulan Juni saya mulai bikin, jadi pas Juni 2020. Setahun itu saya ujicoba terus agar citarasa bakpianya tetap bagus, kemasannya juga oke dan semuanya siap. Dari ujicoba itu saya dapatkan pula bakpia kaleng ini bisa awet sampai satu tahun,†ungkapnya ketika berbincang dengan KRjogja.com, Rabu (11/8/2021).
Bakpia kaleng Zahrae ini kini menjadi yang pertama muncul di Yogyakarta dan sempat menyabet gelar inspirasi dari BRI beberapa waktu lalu. Di sisi lain, bakpia kaleng menjadi penyelamat usaha pengrajin bakpia yang mengalami dampak luar biasa diterpa pandemi Covid.
“Oktober 2020 kemarin sempat mendapat 100 pesanan, lalu memang berhenti sementara sampai Agustus ini. Tapi, seminggu ini mulai menggeliat lagi ada peluang pesanan dari Belgia, melalui beberapa instansi yang melihat bakpia kaleng sebagai oleh-oleh unik. Kami siap produksi lagi ini. Ya, memang bagaimana lagi selain berkreasi untuk lepas dari tekanan luar biasa pandemi,†tambahnya.
Selain awet hingga satu tahun, bakpia kaleng ini juga memiliki citarasa menarik dengan bahan-bahan yang berkualitas. Layaknya penganan kaleng lainnya, bakpia kaleng akan terasa lebih nikmat apabila dihangatkan terlebih dahulu menggunakan oven, direbus atau dipanaskan di teflon.
Bakpia ini menggunakan bahan premium dengan isian kacanghijau, kumbu hitam, coklat dan vanila. Satu kaleng berisi enam pieces berukuran lebih besar dari bakpia pada umumnya, dan dijual dengan harga Rp 40-50 ribu.
Selain bakpia kaleng, Miftakhul juga mengkreasikan bakpia dengan kemasan segitiga untuk menjangkau segmentasi anak muda. Bentuk bakpia juga bisa disesuaikan pesanan bundar biasa atau segitiga dengan tekstur lembut berisi nanas atau kacang hijau.
“Sekarang ini penjualan memang geser trennya, lewat online. Facebook dan Shopeefood yang paling mendominasi. Kalau omset turun ya sangat, dulu sebelum pandemi saya kacang hijau 25 kilo, sekarang 6 kilo saja sudah sangat luar biasa. Tapi ya tetap berusaha jalan, produksi tetap tiap hari juga disebar ke jajan pasar dengan brand lain, bangkit bergeraklah meski luar biasa rasanya. Mudah-mudahan pandemi segera berakhir,†pungkas perempuan yang akrab disapa Miftah ini. (Fxh)