YOGYA, KRJOGJA.com - Target sebagai Kota Warisan Dunia terus diwujudkan Pemda DIY dengan pengajuan ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
"Tujuannya agar seluruh masyarakat menghargai situs budaya yang ada di Yogya," tegas GKR Mangkubumi sebagai Pembicara Kunci dalam Sarasehan Budaya City of Philosophy: Kota Yogyakarta Menuju Warisan Dunia, Jumat (25/6/2021) di hotel kawasan Malioboro.
Sarasehan yang digelar Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta ini juga menghadirkan pembicara Paniradya Pati Kaistimewan DIY Aris Eko Nugroho SP MSi, Sekda Kota Yogyakarta Ir Aman Yuriadijaya MM, dan Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Prof Dr Edy Suandi Hamid MEc. Acara diikuti tokoh masyarakat, akademisi, komunitas bisnis dan pejabat pemerintahan.
"Target besarnya heritage, lalu sumbu imaginer. Garis filosofi dari Tugu sampai Krapyak yang melewati 22 titik kawasan heritage bahkan lebih," terang GKR Mangkubumi.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DIY itu menyebutkan, hampir setiap hari kita melihat situs budaya sehingga dianggap biasa-biasa saja, "Padahal semestinya semakin tua usia situs budaya harus kita junjung tinggi. Banyak situs di garis filosofi seperti Kraton Yogya, Alun-alun, Masjid Gede Kauman, beberapa nDalem dan lainnya yang yang perlu ada penataan bersama," jelasnya.
Sementara Prof Edy mengatakan, perlu sosialisasi dan edukasi publik tentang sumbu filosofi sehingga dikenal dan difahami masyarakat Yogya, lebih-lebih yang berada pada jalur tersebut. "Dari aspek ekonomi, sumbu filosofi semestinya dapat dioptimalkan untuk memberikan kemanfaatan ekonomi," ujarnya.
Disebutkan, banyak legenda dan mitos yang mendukung kapitalisasi. "Objek wisata menjual mitos, kisah dan sejarah sehingga menjadi menarik dikunjungi wisatawan. Jogja Istimewa menjadi brand pariwisata di DIY sebagai cermin optimisme perkembangan dunia pariwisata," jelasnya.
Dikatakan, sektor pariwisata memberikan kontribusi terbesar pertumbuhan ekonomi Yogya sebesar 17,46 %, yang melebihi kontribusi nasional yang hanya menyumbang sekitar 4,8 % untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Garis imajiner dan sumbu filosofi merupakan kekayaan budaya Yogya. Kisah mitologi dari filosofi sumbu imajiner bisa menjadi 'destination of history' jika dikelola dengan baik," ujarnya.
Disebutkan, masyarakat Jawa memiliki kecenderungan untuk melakukan pemujaan terhadap objek tertentu. Jika itu diyakini dan berkembang menjadi asumsi, maka bisa menjadi 'industri budaya'.
"Dengan mengerahkan pikiran dan tindakan manusia akan menjadi peluang ekonomi yang prospektif. Yogya memiliki banyak keunggulan untuk diangkat ke tingkat dunia supaya bermanfaat lebih besar. Jika Yogya menjadi warisan budaya dunia, akan ada kepedulian dunia terhadap eksistensi Yogya," pungkasnya.(Vin)