Pendidikan Vokasi Harus Beradaptasi dengan Pandemi

Photo Author
- Jumat, 28 Mei 2021 | 23:15 WIB
Direktur Mitras DUDI Dr Ahmad Saufi SSi MSc membuka Rakor Link and Match SMK yang Membuka Bidang Seni dan Industri Kreatif dengan DUDI dengan memukul gong. Foto: Janu Riyanto
Direktur Mitras DUDI Dr Ahmad Saufi SSi MSc membuka Rakor Link and Match SMK yang Membuka Bidang Seni dan Industri Kreatif dengan DUDI dengan memukul gong. Foto: Janu Riyanto

YOGYA, KRJOGJA.com – Pendidikan Vokasi harus beradaptasi dengan Pandemi Covid-19 yang hingga kini belum berakhir dengan menerapkan Konsep BMW (Bekerja, Melanjutkan, Wirausaha). Lulusan pendidikan vokasi tidak harus bekerja, tapi bisa melanjutkan studi atau berwirausaha.

“Akibat pandemi, banyak perusahaan mengurangi jumlah karyawan dan itu tidak bisa dihindarkan. Untuk itu kita tidak memaksakan anak-anak harus bekerja. Kalau tidak bisa bekerja karena memang lowongan berkurang, lulusan pendidikan vokasi bisa melanjutkan studi. Apabila mereka tidak bekerja dan tidak melanjutkan, diharapkan bisa membuka wirausaha,” ungkap Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI) Ditjen Pendidikan Vokasi Dr Ahmad Saufi SSi MSc usai membuka Rakor Link and Match SMK yang Membuka Bidang Seni dan Industri Kreatif dengan DUDI yang diselenggarakan BBPPMPV Seni dan Budaya di Hotel Indoluxe Yogya, Kamis (28/5) malam.

Bagi yang ingin melanjutkan, lanjut Saufi, Ditjen Pendidikan Vokasi menyediakan program SMK-D2 Fast Track atau SMK-D2 Jalur Cepat dan peningkatan program D3 menjadi D4. Program ini juga tidak lepas dari keterlibatan DUDI sehingga menghasilkan lulusan yang mempunyai kompetensi sesuai dengan kebutuhan DUDI.

Ditambahkan Saufi, target Direktorat Mitras DUDI adalah membuat DUDI merasa nyaman bermitra dengan satuan penyelenggara pendidikan vokasi. Salah satunya dengan diterbitkannya kebijakan pemerintah terkait pengurangan pajak atau Super Tax Deduction bagi industri yang berkontribusi dalam pengembangan pendidikan vokasi.

“Bagaimana mereka dibikin nyaman di antaranya dengan adanya insentif yakni Super Tax Deduction. Sehingga industri tidak terbebani dan juga merasa ada untungnya bekerja sama dengan satuan penyelenggara pendidikan vokasi. Setiap rupiah bisa diklaim untuk pengurangan pajak mereka. Yang kedua, DUDI akan mendapat suplai tenaga terdidik sesuai dengan keinginan mereka. Dalam hal ini DUDI juga punya tanggung jawab untuk ikut membina pendidikan vokasi,” imbuhnya.

Ditambahkan Saufi, kondisi akibat terjadinya pandemi Covid-19, jika tidak diantisipasi satuan penyelenggaran pendidikan vokasi, maka akan ketinggalan di landasan. “Untuk mengantisipasi kondisi akibat pandemi ini, konsep 8+i menjadi resep yang manjur. Yakni pada poin kedua yang menekankan pada pembelajaran Projecct Based Learning, dimana dalam mengajarkan di dalam kelas atau praktikumnya itu mengangkat apa-apa yang menjadi permasalahan di industri. Jadi peserta didik sejak dini sudah mengenal apa-apa yang menjadi permasalahan di industri,” bebernya.

Lebih lanjut Saufi menyampaikan program unggulan Direktorat Mitras DUDI lainnya, yakni melatih guru-guru dengan program Upskilling dan Reskilling yang menyasar 3.000 guru SMK produktif yang terpilih untuk ditingkatkan kompetensinya. Selain itu ada 500 kepala SMK yang ditingkatkan kemampuan manajerialnya. “Kepala SMK didirong bukan hanya sebagai Chief Education Officer tapi juga Chief Executive Officer agar bisa mengelola sekolahnya ibarat mengelola perusahaan.

Saufi juga menyampaikan beberapa program unggulan Ditjen Pendidikan Vokasi yang telah dilaunching pada Februari lalu. Di antaranya SMK Pusat Keunggulan yang menjadi program Direktorat SMK. Sebanyak 895 SMK diupgrade menjadi Center of Excellence (CoE) atau Pusat Keunggulan dengan diberikan fasilitas berupa sarana prasarana, termasuk peralatan serta pembinaan SDM. SMK PK juga menerapkan konsep 8+1 yang diharapkan bisa dicontoh SKM-SMK lainnya.

Sedangkan Direktorat Kursus dan Pelatihan memperioritaskan pada program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dan program Pendidikan Kecakapan Kewirausahaan (PKW). Program ini menyasar pada lulusan SMK yang belum bisa lansung kerja. “Dengan dana yang diberikan Direktorat Kursus dan Pelatihan, mereka bisa memulai wiraisuaha atau menghasilkan pekerjaan baru,” imbuhnya. (Jan)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X