YOGYA (KRJogja.com) - Upaya mengatasi dampak Covid-19 merupakan peran bersama semua elemen bangsa, termasuk Aisyiyah. Sebagaimana ditunjukkan organisasi perempuan ini melalui kerja-kerja nyata di tengah masyarakat, mulai dari ta’awun atau kepedulian sosial, gerakan ketahanan pangan, edukasi pencegahan Covid-19, hingga layanan kesehatan bagi pasien Covid-19.
Ketua Umum PP Aisyiyah Dr Siti Noordjannah Djohantini mengemukakan hal tersebut kepada media di Kampus Universitas Aisyiyah (Unisa) Ringraod Barat Demakijo, Selasa (18/5) siang. Rabu (19/5)Â Aisyiyah akan memeringati puncak Milad ke-104 dilaksanakan daring dan luring berpusat di Kampus Unisa dan diikuti sekitar 7.000 peserta.
Di tengah kompleksitas tantangan yang dihadapi tersebut, Noordjannah melihat, persatuan merupakan kekuatan yang dimiliki Bangsa Indonesia yang bersifat majemuk untuk ke luar dari berbagai persoalan sekaligus menjadi energi positif untuk membangun kesejahteraan dalam kehidupan bangsa. “Sebagai organisasi yang memiliki sejarah yang panjang, Aisyiyah terbiasa bekerja bersama semua elemen untuk mengatasi problem kemanusiaan dan memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat secara luas,†katanya.
Karena itu menurut Noordjannah, Persatuan Indonesia merupakan agenda yang penting dan strategis untuk terus dirawat dan diperkuat, sebagai modal sosial dan kerohanian yang membawa kemajuan hidup untuk mewujudkan Indonesia yang berkemajuan. Spirit Islam, lanjut Ketum PP Aisyiyah, ialah menyatukan relasi antarmanusia. Pandangan Islam Berkemajuan yang mengusung inklusivitas, toleransi, saling menghormati, dan perdamaian menunjukkan visi keislaman untuk merekat persatuan antarkomponen bangsa yang majemuk.
"Pandangan wasathiyah-berkemajuan dicirikan dengan beragama yang tidak ekstrem (ghuluw), keras, konfrontatif, takfiri (mengkafirkan), dan merasa paling benar sendiri (fanatik-buta). Namun pandangan wasathiyah itu bersifat tengahan, damai, toleran, menyatukan, membebaskan, memberdayakan, dan memajukan atau beragama yang mencerahkan," terang Noordjannah.
Kebermanfaatan berbagai kegiatan Aisyiyah juga dirasakan masyarakat secara luas tanpa melihat perbedaan agama, jenis kelamin, suku, ras, maupun golongan. Noordjannah mencontohkan kiprah ‘Aisyiyah di ujung Indonesia, seperti keberadaan TK ABA di Pulau Arar sebagai satu-satunya pendidikan anak usia dini di pulau tersebut.
Keberadaan TK ABA di Pulau Arar, telah dirasakan manfaatnya bagi kebanyakan warga di pulau tersebut yang jauh dari akses fasilitas public. Karena itu warga pulau yang bersekolah di TK ABA cukup beragam atau bukan hanya berasal dari warga muslim saja.
"Demikian halnya dengan layanan kesehatan melalui klinik maupun RS Aisyiyah di berbagai pelosok negeri yang telah menyediakan akses kesehatan bagi masyarakat secara luas. Maupun upaya kepedulian dan pemberdayaan di komunitas yang menjangkau berbagai kalangan masyarakat yang beragam,†kata Noordjannah. (Fsy).