Tak Hanya Jamuan Makan Minum, Gandeng Gendong Harus Sasar Kelompok Luas

Photo Author
- Kamis, 8 April 2021 | 12:10 WIB

YOGYA, KRJOGJA.com - Program Gandeng Gendong yang digulirkan pemerintahan Haryadi Suyuti-Heroe Poerwadi dinilai cukup strategis dalam hal pemberdayaan. Akan tetapi program tersebut harus mampu menyasar kelompok yang lebih luas.

Menurut Ketua Komisi B DPRD Kota Yogya Susanto Dwi Antoro, selama ini Gandeng Gendong yang difasilitasi anggaran Pemkot Yogya masih fokus untuk jamuan makan minum. "Jangan hanya berhenti di situ tetapi bisa dikembangkan untuk sektor yang lebih luas," urainya, Rabu (7/4/2021).

Khusus untuk Gandeng Gendong kuliner, diakuinya sudah seharusnya dilakukan evaluasi. Terutama menyangkut kelompok penyedia jasa kuliner yang masuk dalam aplikasi 'Nglarisi'. Salah satunya menyangkut perampingan jumlah anggota kelompok yang ada di wilayah.

"Sekarang kan jumlah anggotanya sepuluh orang. Masukan di lapangan, ternyata itu menyulitkan dalam pembagian keuntungan. Mungkin cukup tiga orang dan mereka yang mengkoordinir," usulnya.

Sedangkan sektor lain yang perlu diakomodir melalui Gandeng Gendong ialah pelaku UMKM. Terutama menyangkut kurasi guna menjamin kualitas produksi agar bisa diterima pasar yang lebih luas. Kurasi bisa dilakukan oleh instansi terkait dengan menggandeng pihak yang berkompeten. Selain UMKM, gabungan kelompok tani (gapoktan) juga bisa difasilitasi Gandeng Gendong. Salah satunya gapoktan di bidang tanaman hias yang berpeluang mendisplay produknya di hotel yang ada di Kota Yogya.

Toro, sapaan akrabnya, menambahkan kelompok seni budaya di tiap wilayah pun bisa difasilitasi untuk persoalan kurasi hingga sertifikasi. Kurasi bagi kelompok seni budaya cukup penting guna menjamin kualitas atraksi dan dapat disinergikan dengan industri pariwisata. Sementara sertifikasi yang dipegang oleh kelompok seni budaya tersebut sangat berguna jika diundang pihak lain untuk menggelar atraksi. "Tiap kelompok kan pasti punya ciri khas. Apakah seni kontemporer, modern atau klasik. Jangan sampai ketika sudah diundang kemudian gagal tampil karena belum ada sertifikasinya," ujarnya.

Di samping itu, kelompok-kelompok tersebut bahkan bisa difasilitasi pembuatan profil maupun portofolio audio visual dengan mengambil latar kampung wisata. Sehingga hal itu juga bisa menjadi bagian promosi wisata. "Itu juga bisa disinergikan dengan perizinan. Misal untuk perpanjangan izin operasional hotel, salah satu syaratnya dengan menunjukkan kerja sama dengan kelompok wilayah untuk periode satu tahun. Bisa kerja sama gapoktan untuk display tanaman hias maupun kelompok seni budaya untuk atraksi. Ada tanggung jawab korporasi di sana untuk memberdayakan kelompok masyarakat di sekitarnya," papar Toro.(Dhi)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X