YOGYA(KR) - Posko penanganan Covid-19 atau Satgas di tingkat desa dan kelurahan harus meningkatkan monitoring atau pengawasan secara intensif guna meminimalisir penularan virus Korona di DIY. Hal ini berkaca dengan munculnya klaster baru Covid-19 di dua pedukuhan yang ada di Sleman belum lama ini. Selain itu, daerah asal atau domisili pelaku perjalanan maupun pemudik diharapkan mampu menjadi filter awal alias hulunya supaya mempermudah hilirnya dalam meminimalisir gesekan di tingkat desa supaya mengurangi penyebaran pandemi Covid-19.
Wakil Ketua Sekretariat Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Pemda DIY Biwara Yuswantana mengatakan artinya ini menjadi tantangan bagi posko desa maupun satgas desa sebagai garda terdepan untuk meningkatkan pengawasan karena berdasarkan pengalaman dari berbagai daerah, klaster baru yang terjadi di dua padukuhan di Sleman bukan hal yang baru. Sebelumnya muncul klaster-klaster Covid dari pengajian, hajatan, arisan dan sebagainya.
"Ini yang perlu diingatkan kembali protokol kesehatan, sebab ketika orang sudah berkumpul acapkali mereka lupa memakai masker dan tidak menjaga jarak. Secara tidak sadar, dia itu kembali kepada kebiasaan-kebiasaan lama apalagi lama tidak bertemu dengan saudara atau sanak keluarganya di ajang tersebut menjadi kesempatan bertemu lalu kemudian menjadi lepas kontrol," ujarnya di Yogyakarta, Jumat (2/4).
Biwara menegaskan kemunculan klaster baru tersebut menjadi perhatian bersama apalagi jelang puasa dan lebaran aktivitas akan berbeda dengan situasi normal. Sehingga perlu dicermati betul supaya tidak menimbulkan klaster baru lagi kedepannya. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro atau PPKM mikro di DIY memetakan zonasi di tingkat Rukun Tetangga (RT) maka ketika klaster baru Covid-19 terjadi pada saat aktivitas antar RT maka diperlukan kehati-hatian yang tinggi.
" Berbeda jika klaster tersebut hanya satu RT sehingga peserta yang datang dapat dipantau semisal dalam hajatan atau takziah mengingat kegiatan tersebut erat dengan rasa dan kemanusiaan sehingga membuat orang sering kali lupa tengah berada dalam situasi pandemi. Klaster baru Covid-19 dari dua dusun di Sleman tersebut telah diisolasi di asrama haji, beberapa tempat lainnya maupun isolasi mandiri di rumah masing-masing saat ini. Kami minta agar tracing dilakukan lebih intens lagi terutama mengenjot upaya testing, tracing dan treatment atau 3T untuk penanganan virus Korona," ungkapnya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) DIY ini menyampaikan kebijakan PPKM mikro sudah mengatur pembatasan dalam zonasi di tingkat RT sehingga perlu dilakukan monitoring secara insentif. Untuk itu, fungsi dari posko maupun satgas desa sangat penting dan pro aktif dalam mengawasi aktivitas masyarakat di desa dan perlu disadari masyarakat bahwa situasinya masih pandemi sehingga harus taat protokol kesehatan dan hati-hati. Desa harus memperkuat 3T.
"Larangan mudik yang digulirkan pemerintah itu prinsipnya guna meminimalisir penularan Covid-10 melalui kontak sehingga apabila mengurangi pemudik karena jika mudik maka penumpakan orang di daerah-daerah tertentu. Untuk itu, adanya filter terutama dari daerah asal pelaku perjalanan suatu daerah sebab semakin dekat akan semakin sulit. Apalagi yang sudah melakukan perjalanan dengan kendaraan pribadi pasti akan mencari rute jalan tikus," terang Biwara.
Menurutnya, kunci upaya meminimalisir penyebaran Covid-19 adalah tingkat RT agar bisa mengkondisikan warganya agar melarang saudara yang ingin mudik supaya tidak berselisih dengan tetangga. Artinya jika intensitas mobilitas orang semakin banyak maka rawan penularan maka perlu adanya kesadaran bersama. Kuncinya yang pertama di daerah asal atau hulunya supaya mempermudah hilrnya dan memperkecil gesekan di tingkat RT. (Ira)