YOGYA , KRJOGJA.com - Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran, Sabtu (27/3). Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat, awan panas guguran terjadi pukul 02.11, 04.28, 04.30, 04.41, 06.02, 06.03, dan 06.31 WIB. Awan panas tersebut tercatat di seismogram dengan amplitudo maksimum 44 mm dan durasi maksimum 167 detik.
Jarak luncur maksimum 1.800 meter ke arah barat daya. Selain itu, pada periode pengamatan pukul 00.00-12.00 WIB teramati 4 kali guguran lava dengan jarak luncur maksimal 900 meter ke arah barat daya. Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dengan tinggi 200 meter di atas puncakkawah. Terjadi hujan di puncak Merapi mulai pukul 15.00 WIB dengan intensitas 58 mm/jam.
"Bagi masyarakat yang beraktivitas di sekitar sungai yang berhulu di Merapi agar mewaspadai bahaya lahar," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida.
Menurut Hanik, intensitas kegempaan pada minggu ini (19-25 Maret 2021) lebih rendah dibandingkan minggu lalu. Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM dan GPS pada minggu ini tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikan. Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental maka disimpulkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas dipertahankan dalam tingkat 'Siaga'.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor Selatan-Barat Daya meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km dan pada sektor tenggara yaitu Sungai Gendol sejauh 3 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak. (Dev)