YOGYA, KRJOGJA.com - Paguyuban angkutan pariwisata tradisional Yogyakarta yang terdiri dari penarik becak dan kusir andong menemuk anggota DPD RI, Afnan Hadikusumo, Jumat (19/2/2021). Mereka mengeluh tersisih meski di sisi lain dianggap sebagai salah satu ciri khas kebudayaan DIY.
Ketua paguyuban becak wisata, Paimin mengatakan saat ini angkutan pariwisata tradisional makin tergerus digantikan oleh angkutan bermotor. Hal tersebut bertambah karena keberadaan angkutan bermotor yang illegal ditambahkan dengan adnya ojek online maupun taksi online.
“Kami menilai keberadaan angkutan bermotor telah menghilangkan kekhasan becak sebagai transportasi tradisional. Bahkan tempat mangkal angkutan pariwisata tradisional banyak yang tergusur oleh keberadaan angkutan bermotor baik yang legal maupun yang ilegal. Karena itu kami butuh ketegasan sikap dari pemerintah terutama terkait dengan keberadaan angkutan bermotor illegal supaya keberadaan angkutan pariwisata tradisional tidak musnah dan para pelaku angkutan pariwisata tradisional dapat kembali hidup dengan layak,†ungkapnya
Ramijo salah satu anggota paguyuban angkutan pariwisata tradisional menyampaikan harapan agar semua bisa tertata dengan baik dan bisa menjadi sumber penghidupan. Ramijo merasakan adanya jurang perbedaan antara angkutan pariwisata tradisional dan angkutan pariwisata bermotor yang selama ini seolah mencoba ditutup rapat.
“Paguyuban angkutan pariwisata tradisional ini mengharapkan agar pemerintah menempatkan becak kayuh sebagai transportasi tradisional disamping andong sebagai transportasi khas Yogyakarta di area pariwisata seperti Malioboro, Kraton, Tamansari dan tempat-tempat wisata lain,†harapnya.
Sementara, Afnan Hadikusumo menyampaikan janjinya akan meneruskan apa yang telah disampaikan sebagai aspirasi paguyuban angkutan pariwisata tradisional kepada pemerintah daerah baik pemkot Kota Yogyakarta maupun pemda DIY. Afnan juga menyampaikan bahwa Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan pariwisata saat ini mengalami dampak adanya pandemi Covid-19 yang begitu besar mempengaruhi sisi pariwisata.
“Kita rasakan bersama pengunjung wisata yang turun drastis membawa dampak yang sangat besar terhadap kegiatan ekonomi masyarakat Yogyakarta. Selain masalah regulasi, faktor lain yang sangat mempengaruhi keberlangsungan transportasi tradisional adalah sistem online. Hal ini sudah menimpa taksi, ojek pangkalan, bus kota dan sebagainya. Perlu juga dibuat kawasan wisata yg khusus transportasi tradisional, dibuat standarisasi tarif angkutan pariwisata tradisional agar tidak menjadi hambatan orang menggunakan (wisatawan), Membuat desain angkutan pariwisata tradisional yang lebih efektif dan efisien serta lebih humanis,†tandas Afnan.
Hal tersebut diamini Ir Ahmad Syauqi Soeratno, mantan staf ahli Wali Kota Yogyakarta era Hery Zudianto yang menilai bahwa membuka peluang sistem online seluas-luasnya untuk para pegiat becak kayuh dan transportasi tradisional lainnya menjadi hal yang sangat perlu. Menyediakan sistem teknologi yang mengadvokasi pegiat transportasi tradisional dan konsumen secara langsung dengan tidak menutup mata dan melawan kemajuan jaman tetapi mari kita menyesuaikan kebutuhan wajib dilakukan stakeholder.
“Sangat mungkin juga menggunakan travel agent untuk mempromosikan angkutan pariwisata tradisional. Kerjasama antara banyak pihak dapat menaikkan kinerja pegiat wisata tanpa kecuali pegiat transportasi tradisional. Ini yang kemudiam harus dimaksimalkan,†ungkap Syauqi. (Fxh)