YOGYA, KRJOGJA.com - Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Kota Yogya kewalahan untuk memenuhi permintaan plasma konvalesen dari rumah sakit. Hal ini karena ketersediaannya sangat terbatas sementara setiap hari selalu ada pengajuan.
Wakil Ketua Bidang Bencana dan Humas PMI Kota Yogya Munif Tauchid, menjelaskan hingga kemarin tercatat ada ratusan pedonor plasma konvalesen yang mengajukan diri ke PMI. "Tetapi yang sudah berhasil lolos dan diambil plasma konvalesennya hanya 93 orang. Paling banyak ialah dari golongan darah B, kemudian A dan O. Untuk yang AB kami masih sangat kurang," ujarnya ketika ditemui di Balaikota Yogya, Rabu (10/2/2021).
Untuk dapat menjadi relawan plasma konvalesen syarat utamanya ialah pernah terkonfirmasi positif Covid-19 namun telah sembuh. Selain itu direkomendasikan dari jenis kelamin laki-laki serta usia di bawah 60 tahun. Plasma konvalesen menjadi alternatif terapi bagi pasien Covid-19 guna mempercepat tingkat kesembuhan.
Munif mengaku, sebelum melakukan proses pengambilan plasma konvalesen PMI Kota Yogya juga menerapkan skrining dengan ketat. Terutama dengan melakukan rapid tes antigen guna menentukan kadar kandungan virus.
"Jika hasil antigen mengarah ke reaktif, maka tidak bisa diambil. Banyak relawan yang gagal diambil karena kondisi imun sedang turun. Bisa jadi jelang pengambilan itu kurang istirahat. Ada juga karena HB darah tidak normal," urainya.
Diakuinya, permintaan plasma konvalesen belakangan cukup tinggi. Khusus untuk rumah sakit dari wilayah Kota Yogya rata-rata per hari bisa mencapai 25 pengajuan. Belum termasuk pengajuan dari wilayah luar DIY seperti Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Padahal untuk memenuhi kebutuhan di Kota Yogya, PMI masih belum mampu akibat ketersediaan stok.
Prosedur pengajuan plasma konvalesen pun tidak bisa dilakukan oleh individu melainkan harus secara resmi dari pihak rumah sakit. Hal ini karena proses tranfusi dilakukan oleh rumah sakit. "Kalau datang sendiri ke PMI untuk meminta plasma konvalesen, pasti ditolak. Prosedurnya harus dari rumah sakit," tandas Munif.
Di samping itu, terkait biaya operasional yang harus ditebus diakuinya memang lebih tinggi dibanding darah biasa. Hal ini karena jenis alat, proses sadap serta kantongnya berbeda dengan tranfusi darah biasa. Sehingga biaya operasional yang dibutuhkan juga lebih besar. Apalagi setelah berhasil disadap harus segera ditranfusikan ke pasien.
"Plasma konvalesen maupun darah itu ada masa kadaluarsanya. Tetapi semua stok darah di PMI Kota Yogya tidak ada yang sia-sia karena selalu terdistribusi habis," katanya.(Dhi)