YOGYA, KRJOGJA.com - Eksportir maupun pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ekspor di DIY merasa kecewa dan sangat menyayangkan rencana penutupan kantor PT Asuransi Ekspor Indonesia (Persero) atau Asuransi Asei Cabang Yogyakarta. Oleh karena itu, Pemda DIY diminta turun tangan guna meminta perusahaan asuransi berplat merah ini mengkaji penutupan kantor cabangnya di DIY yang sudah beroperasional selama 15 tahun. Keberadaan Asei dinilai telah melindungi dan membantu mengurangi gagal transaksi para eksportir dan pelaku UMKM ekspor di DIY selama ini.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DIY Wawan Harmawan menyayangkan sekali apabila rencana penutupan kantor cabang Asei di Yogyakarta benar-benar dilakukan. Sebab keberadaan dan keterjangkauan layanan justru sangat dibutuhkan guna melindungi eksportir maupun pelaku UMKM ekspor di DIY.
"Asei sebagai BUMN harusnya memiliki fungsi perintis dan fungsi sosial yang seharusnya tetap berada di Yogyakarta yang tidak lain adalah ibukota Provinsi. Jangan karena alasan rugi atau nilai ekspornya kecil lalu ditutup, seharusnya Asei tetap hadir mendekatkan diri membantu melindungi dengan layanan asuransi ekspornya bagi eksportir di DIY," tuturnya kepada KRJogja.com di Yogyakarta, Jumat (5/2/2021).
Senada, Mantan Ketua Umum Kadin DIY yang kini menjabat Direktur Utama Taru Martani Nur Achmad Affandi berharap Pemerintah maupun Kementerian BUMN memperhatikan pentingnya layanan asuransi dalam menunjang ekspor. Produk-produk ekspor yang diminati pasar internasional rata-rata yang berlatar belakang unsur budaya, artinya DIY memiliki kekuatan besar ekspor.
"DIY sebagai entitas provinsi tentu layak difasilitasi dalam bentuk pelayanan asuransi ekspor yang lebih cepat dan dekat. Jangan menghitung dan melihat skala ekspor DIY yang masih kecil, sehingga keberadaan kantor cabang Asei di DIY sangat diperlukan. Apalagi pemerintah kini tengah mendorong ekspor barang jadi, dimana DIY punya kekuatan dan potensi untuk itu. Sangat disayangkan sekali jika Asei di tutup sebab harus tetap ada di DIY," terangnya.
Penasihat Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Komda DIY Endro Wardoyo menegaskan secara tidak langsung rencana penutupan Kantor Asei Cabang Yogyakarta yang akan digabung dengan Semarang memberikan dampak besar bagi eksportir. Sebab fungsi Asei telah menjadi barrier bagi pelaku UMKM ekspor apalagi di tengah ketidakpastian kondisi global saat ini akan sangat beresiko jika tidak ada asuransi.
"Asei sudah ada di DIY selama 15 tahun, semestinya fungsi pelayanan asuransi ekspornya ditingkatkan bukan malah ditutup. Jika malah ditutup lalu dipindahkan, justru menjadi bukti ketidakberpihakan Asei terhadap pelaku UMKM ekspor DIY yang sedang tumbuh di tengah pandem," tandasnya.
Endro berharap adanya intervensi dari Pemda DIY agar melakukan komunikasi dengan pihak Asei di tingkat pusat agar meninjau kembali rencana penutupan kantor cabangnya di Yogyakarta. Seharusnya di tengah upaya pemerintah dalam pemulihan ekonomi dengan peningkatan ekspor, justru keberadaan Asei harus didorong ada di setiap provinsi.
"Kami sangat berharap dibukanya Bank Ekspor Indonesia di setiap provinsi, salah satunya di DIY supaya ekspor daerah tumbuh lebih baik. Pemda DIY harus berinisiatif mendorong pembukaan kantor cabang Bank Ekspor Indonesia tersebut, termasuk keberadaan kantor cabang Asei," pungkasnya. (Ira)