YOGYA, KRJOGJA.com - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY telah berkoordinasi dengan daerah penyangga untuk mendapatkan prioritas pasokan cabai guna mengatasi lonjakan harga cabai. Selain itu, TPID DIY mengupayakan agar sebagian cabai yang masuk ke pasar lelang dapat dijual di pasar DIY.
"Kami memperkirakan kenaikan harga cabai telah mencapai puncaknya. Diperkirakan juga harga aneka cabai akan berangsur-angsur menurun pada Februari 2021 ini, sejalan dengan prognosa panen aneka cabai yang mulai terjadi," kata Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY Miyono di Yogyakarta, Rabu (3/2/2021).
Miyono inflasi DIY yang tercatat 0,54 persen (mtm) pada Januari 2021 lalu, dengan 0,12 persen (mtm) diantaranya disumbang cabai merah besar, cabai merah keriting dan cabai rawit hijau. Dari sisi volatile food, tekanan inflasi kelompok pangan terjadi akibat faktor pasokan khususnya pada komoditas aneka cabai tersebut.
"Memasuki musim penghujan, umumnya komoditas hortikultura aneka cabai masih memasuki masa tanam. Sementara itu curah hujan yang meningkat dan faktor hama menyebabkan tingkat produksi aneka cabai secara nasional menjadi berkurang," tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY Aris Riyanta mengakui harga komoditi cabai masih terus berfluktuasi dan masih di harga yang cukup tinggi di DIY sampai sekarang. Kecenderungan penurunan harga komoditi cabai mulai terasa pada pekan pertama Februari 2021 ini.
"Harga komoditi cabai masih mengalami fluktuasi dengan kecenderungan mengalami tekanan alias penurunan harga. Harga cabai merah merah keriting turun dari Rp 46.000 menjadi Rp 39.300/Kg, cabai merah besar dari Rp 66.000 menjadi Rp 49.300/Kg, cabai rawit hijau dari Rp 65.300 menjadi Rp 52.000/Kg dan cabai rawit merah dari Rp 66.000 menjadi Rp 49.300," terang Aris.(Ira)
