YOGYA, KRJOGJA.com - Belanja wisatawan atau tourist spending di DIY tercatat sebesar Rp 675.500/hari pada 2020 yang mengalami penurunan yang sangat signifikan atau anjlok dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Geliat industri pariwisata di DIY menurun drastis dampak pandemi Covid-19 pada tahun 2020, sehingga memberikan tekanan terhadap penurunan jumlah kunjungan wisatawan dan belanja wisatawan.
Kepala Bidang Pemasaran Dinas PariwisatA (Dispar) DIY Marlina Handayani menyampaikan sejalan dengan konsep Quality Tourism (pariwisata berkualitas) yang memiliki ciri experience-based yang menawarkan pengalaman baru yang unik dan spesifik kepada wisatawan, belanja yang tinggi dan lama tinggal yang lebih lama. Paradigma pariwisata berkualitas merupakan paradigma baru dalam pengembangan kepariwisataan, dimana indikator yang diukur adalah spending wisatawan yang lebih tinggi, bukan lagi menyasar jumlah wisatawan. Konsep pariwisata berkualitas ini sudah menjadi gagasan utama untuk mendukung pembangunan kepariwisataan DIY.
"DIY telah memiliki indikator belanja wisatawan sebagai salah satu ukuran utama untuk mengukur pembangunan kepariwisataan DIY sejak 2016 lalu. Bahkan, kepariwisataan DIY sekarang secara paradigmatik sudah menganut prinsip Quality Tourism dengan memasukkan angka belanja wisatawan sebagai salah satu indikator kinerja," kata Marlina di Yogyakarta, Jumat (8/1).
Marlina menjelaskan rata-rata pengeluaran wisatawan selama berwisata di DIY sebesar Rp 1.910.475/hari pada 2018. Dari jumlah pengeluaran ini, terlihat akomodasi sebesar 29,55 persen, makan dan minum sebesar 19,96 persen dan belanja produk pakaian sebesar 13,80 persen menjadi item pengeluaran terbesar. Sementara jika melihat data belanja wisatawan DIY pada tahun 2019, tercatat rata-rata pengeluaran sebesar Rp 2.436.210/hari.
"Angka ini mengalami peningkatan dibanding sebelumnya, di mana pengeluaran terbesar wisatawan terlihat masih pada item yang sama dengan tahun sebelumnya yaitu akomodasi sebesar 31,49 persen, makan dan minum sebesar 20,28 persen dan belanja produk pakaian sebesar 14,03 persen," imbuhnya.
Pihaknya menggunakan metodologi expert panel discussion/judgement/justification yang dikembangkan United Nations World Tourism Organization (UNWTO) dalam merumuskan dampak pandemi Covid-19 dan estimasi angka kunjungan serta prediksi pemulihan pariwisata. Sejak adanya wabah pandemi Covid-19, belanja wisatawan DIY pada tahun 2020 hanya tercatat sebesar Rp 675.500. Pengeluaran terbesar adalah item akomodasi dengan rata-rata belanja sebesar Rp255.000, belanja souvenir dan oleh-oleh sebesar Rp195.000 serta belanja makan minum sebesar Rp 135.000.
"Kontribusi langsung sektor pariwisata pada PDRB DIY adalah sebesar 10,4 persen. Kontribusi tersebut dihitung hanya dari lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum yang merupakan konsumsi langsung para wisatawan. Padahal, bisa dibilang banyak lapangan usaha lain, misalnya transportasi, konstruksi, dan bahkan pertanian, juga sangat terkait dengan sektor pariwisata. Jadi, perputaran ekonomi di DIY akan sangat dipengaruhi pariwisata," pungkas Marlina. (Ira)